Dua Pemuda Indonesia, Berkarya di Lahan Pertanian

“Beri aku sepuluh pemuda, maka akan aku guncangkan dunia”.

Begitulah salah satu penggalan kalimat motivasi yang diungkapkan oleh Bapak Soekarno dalam sebuah pidatonya, dan kata-kata itu mempunyai makna yang begitu dalam, tentang bagaimana peran pemuda yang begitu besar dalam membangun sebuah bangsa.

Pernyataan Bapak Presiden pertama kita ini mengandung keyakinan bahwa pemuda memiliki kekuatan besar dalam mentukan arah sebuah bangsa. Bahkan pemuda diibaratkan sebagai aset penting dalam membangun dan menentukan masa depan sebuah negara. Untuk itu, kita bisa melihat seperti apa masa depan sebuah bangsa ke depan yaitu tergantung bagaimana para pemudanya saat ini.

Bahkan jika kita menengok sejenak tentang perjalanan sejarah bangsa ini, maka kita akan menemukan fakta yang tak terbantahkan bahwa peran para pemuda pada masa lalu begitu besar, terutama bagaimana para pemuda berjuang merebut kemerdekaan dari tangan para penjajah sehingga melahirkan kemerdekaan dan berbagai momen penting dalam sejarah peradaban bangsa Indonesia yang kita cintai ini.

Lantas seperti apakah pemuda-pemuda di Indonesia saat ini? Apakah ada yang bisa mewakili menjadi sepuluh pemuda yang akan mengguncang dunia seperti yang diharapkan oleh Bapak Proklamator kita tersebut? Sebab kita semua tahu, untuk menjadi sosok pemuda yang mampu mengguncang dunia bukanlah pekerjaan mudah, namun dibutuhkan sosok-sosok pemuda yang mempunyai semangat juang yang tinggi dengan ide-ide yang brilliant lalu diwujudkan dengan kerja yang cerdas.

Memang tak mudah untuk menemukan pemuda dengan kriteria tersebut, bahkan saat ini juga masih ada kita jumpai pemuda-pemuda yang pesimis dalam menata masa depannya, mereka yang begitu gegabah menapaki langkah dan cepat putus asa ketika diterjang masalah sehingga berujung pada mabuk-mabukan, pergaulan bebas dan obat-obatan terlarang.

Sungguh rasanya sangat miris melihat hal ini, betapa rapuhnya generasi muda kita saat ini. Bahkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada awal tahun 2018 ini mencatat bahwa dari 87 juta populasi anak di Indonesia, sebanyak 5,9 juta di antaranya menjadi pecandu narkoba.

Namun untungnya tak semua generasi muda kita terjebak dalam langkah yang salah. Masih banyak juga genarasi muda Indonesia yang tetap semangat untuk terus berjuang mengguncang dunia dengan caranya masing-masing. Hal ini jugalah yang dibuktikan oleh Gilang, meski hidup terhimpit dalam kesusahan namun pemuda berusia 23 tahun ini tak pernah lepas dari mimpi dan semangatnya untuk terus menggapai cita-citanya.  

Gilang, Pemuda Asal Subang yang Ingin Jadi Petani Sukses

Pemuda yang tinggal di Kampung Haul, Desa Cirangkong, Kecamatan Cijambe, Subang, Jawa Barat ini mempunyai cara tersendiri untuk membangun masa depan dirinya juga kampung halamannya. Dimana di saat banyak pemuda di kampungnya pergi merantau ke kota untuk mencari penghasilan, namun Gilang memilih tetap tinggal di desanya dan turut memberdayakan lahan Indonesia Berdaya yang dikelola oleh Dompet Dhuafa.

Pada awalnya Gilang sama seperti para pemuda lainnya. Terpikir untuk merantau dan mencari penghidupan di kota, terlebih saat ia tidak bisa meneruskan kuliah karena faktor ekonomi. Namun, karena motivasi yang selalu diberikan Ayahnya (Bapak Ade) yang juga seorang petani di Kebun Indonesia Berdaya Subang, ia pun tergugah dan merasa bahwa petani bukanlah pekerjaan yang hina. Makanya kini, sehari-hari Gilang bersama ayahnya turut serta mengolah lahan di Kebun Indonesia Berdaya, mengecek hasil panen, turut mengkontrol pertumbuhan.

Gilang pun menjelaskan, “Ayah saya bukan sarjana pertanian, tapi beliau bisa membuktikan dengan bimbingan Dompet Dhuafa akhirnya sekarang bisa mengolah lahan dan produktif. Justru dengan petani yang berdaya lah Indonesia dapat berjaya. Apalagi masih banyak sekali lahan di desanya yang masih belum produktif dan terkelola dengan baik”.

Dan saat ditanya tentang mimpinya, ternyata Gilang ingin kembali meneruskan kuliahnya yang sempat terhenti karena persoalan ekonomi keluarga, dimana sebelumnya ia pernah merengkuh pendidikan di salah satu Universitas Swasta di Bandung, namun hingga kini keinginan untuk kembali berkuliah belum bisa ia wujudukan.

Namun Gilang tak sedikit pun merasa putus asa, bahkan ke depan ia tetap ingin menyelesaikan kuliahnya yang sempat tertunda tersebut agar bisa memiliki ilmu yang banyak, sehingga dapat mengembangkan kampungnya dan mengajak para pemuda lain di desanya untuk menjadi petani karena lahan di desanya masih sangat luas dan juga memiliki prospek yang bagus untuk diberdayakan.

Bahkan Gilang menuturkan bahwa “Bersama Dompet Dhuafa saya ingin membuktikan bahwa petani bisa hidup sejahtera dan mapan. Saya punya mimpi, 1 petani bisa memiliki 1 mobil pajero. Dengan begitu bisa membuktikan dan mengajak para sarjana pertanian agar turun ke lahan dan menerapkan ilmunya di sini,” ujar Gilang penuh semangat.

Semoga cara berpikir dan langkah yang diambil oleh Gilang ini bisa menjadi contoh bagi banyak pemuda lain, bahwa berjuang membangun dan memberdayakan potensi yang ada di kampung sendiri bisa menjadi pilihan yang tepat daripada jauh-jauh pergi mengadu nasib di kota atau negara lain dengan hasil yang belum jelas.

Hal yang serupa juga dilakukan oleh Agung Kharisma, seorang pemuda yang sudah berhasil meraih gelar sarjana Pendidikan Pertanian dan mampu  meyakinkan para penduduk lokal tentang kekayaan dan potensi yang ada di kampungnya sendiri.

Agung Kharisma, Berkarir di Bidang Pertanian, Mendampingi Petani Untuk Berdaya dan Sejahtera

Dimana pemuda berusia 27 tahun ini mampu mengubah mindset atau cara berpikri para petani setempat bahwa tidak perlu pergi merantau ke kota untuk mengubah nasib, dan ia berhasil yakinkan para petani bahwa di kampung sendiri mereka bisa berdaya dan mandiri secara ekonomi. Untuk itu, ia mengajak para warga untuk kembali bertani, memberdayakan lahan yang ada, dan mengelola para petani menjadi satu kelompok tani yang solid dan produktif.

Dalam hal ini, Agung tidak hanya membimbing soal teknik mengolah lahan, namun ia juga secara  perlahan, sedikit demi sedikit menanamkan nilai-nilai kerja keras, mengubah kebiasaan para petani, memotivasi, bahkan mendampingi para petani agar tetap terjaga kerjanya dengan bingkai keislaman yang kuat seperti shalat dan mengaji.

Kini hasil dari kerja keras Agung sudah terlihat, dan para petani pun sudah merasakan langsung bagaimana manfaatnya. Dimana kini hasil pertanian berupa buah-buahan hasil Kluster Indonesia Berdaya sudah dapat dipasarkan hingga ke berbagai kota. Hasil penjualannya adalah sumber pendapatan bagi para petani lokal hingga mereka bisa berdaya di kampungnya sendiri.

Beginilah seharusnya sosok pemuda masa kini, berani tampil dan terjun langsung memberikan solusi yang tepat bagi banyak orang seperti yang dilakukan oleh Gilang dan juga Agung yang sudah memberikan contoh dan memberdayakan para petani di kampungnya.

Dan semoga akan semakin banyak para pemuda di negeri ini yang mempunyai cara berpikir yang cerdas dengan memanfaatkan segala potensi yang ada di sekitarnya untuk memberikan perubahan yang lebih baik bagi untuk kesejahteraan hidup banyak orang.

Mungkin tak banyak yang mengenal dua pemuda ini. Tak banyak juga di share di social media ataupun ramai menjadi perbincangan. Namun dari sini kita belajar, bahwa mereka adalah para pemuda Indonesia yang berusaha untuk berkarya dan memberi manfaat besar dengan potensi yang ada di daerahnya dan mengoptimalkan skill yang mereka miliki.

Mereka bukan hanya jeli melihat peluang dan mengubahnya menjadi penghasilan, namun mereka telah berhasil membuka mata kita semua, bahwa siapapun, dengan latar belakang apapun, mempunyai kesempatan yang sama dan layak untuk mendulang keberhasilan selama ia sungguh-sungguh, karena sejatinya tidak ada hasil yang menghianati sebuah usaha.

Pemuda Indonesia, Pemuda Berkarya! Selamat hari Sumpah Pemuda!