JAKARTA — Dalam rangka membentuk gerakan cinta wakaf produktif di Indonesia Lembaga pengelola zakat, infak, sedekah dan wakaf (Ziswaf) Dompet Dhuafa dan Sekolah Umar Usman mengadakan acara Seminar Success Protocol. Ribuan peserta dari kalangan anak muda, usia produktif dan senior citizen hadir memadati Masjid Istiqlal, Jakarta, Minggu (30/10) pagi.
Selain dihadiri Ippho Santosa, penulis buku Success Protocol. Seminar ini juga dihadiri Imam Teguh Saptono, Direktur BNI Syariah, dan Wempy Dyocta Koto, pendiri sekaligus CEO Wardour and Oxford.
Wempy menyampaikan kepada anak-anak muda, bahwa untuk memajukan hidupnya harus mempuyai modal keberanian, kegigihan, tidak takut ditolak dan mempunyai kulit tebal. Sedangkan kegagalan adalah bagian yang harus dilewati. Karena setiap kesuksesan pasti akan mengalami yang namanya kegagalan.
“Kita juga harus menjadi orang yang mempunyai emotional intelligence. Jangan hanya menjadi academic intelligence. Sehingga kita mengerti dan berempeti terhadap keadaan orang lain,” ujar alumnus University of Technology, Sydney.
Sedangakan Ippho Santosa lebih menjelaskan tentang bagaimana tips mudah mendapatkan rezeki. Sehingga dapat bertahan dan mampu melakasanakan perintah agama, seperti zakat, infaq, shodaqah dan wakaf. “Sukses rezeki bertahan adalah dengan doa kepada Allah, berbakti kepada orang tua, respek kepada pimpinan, bersyukur pada diri sendiri, dan dermawan kepada orang lain,” paparnya.
Selain memberikan motivasi untuk menumbuhkan jiwa enterpreneurship, acara ini ingin mengedukasi pengetahuan tentang wakaf produktif Dompet Dhuafa. Karena wakaf produktif hanya akan tumbuh ketika di-endorse oleh orang-orang yang mempunyai jiwa entrepreneurship.
Sasaran edukasi wakaf produktif adalah multi segment. Pertama, anak-anak muda agar mereka ketika memasuki usia produktif, mereka tidak berat untuk berwakaf. Kedua, usia produktif (anata 25-40 tahun) dengan didorong untuk berwakaf. Ketiga, senior citizen (orang orang yang sudah masuk purna bakti diperusahaan) mereka akan disentuh untuk hal-hal sifatnya spiritual sehingga mereka berwakaf.
Bobby P Manulang, Manager Penghimpunan Wakaf Dompet Dhuafa menjelaskan bahwa wakaf adalah harta yang mengalir abadi sampai meninggal dunia, harta dalam Islam bisa dibawa mati (bukan harta dibawa ke alam kubur) malainkan harta yang diwakafkan menjadi amal jariah.
“Ingin membentuk gerakan masyarakat cinta wakaf, karena wakaf menjadi instrumen alternatif untuk pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan aset wakaf yang tidur saat ini bisa akan segera teproduktifkan. Dompet Dhuafa ingin acces story seperti di Negara Mesir, Timur Tengah dan juga Singapore. Keberhasilan wakaf mereka juga terjadi di indoensia,” imbuh Bobby. (Dompet Dhuafa/Khoir)