Empat Hari Tidak Bersekolah, Anak-Anak Pengungsi Gempa Lombok Dihibur Kak Seto dan Dompet Dhuafa

NUSA TENGGARA BARAT — “Pada dasarnya sama, dari beberapa bencana baik itu gempa atau banjir, anak-anak sangat mudah untuk dibangkitkan kembali.” pungkas Kak Seto Mulyadi, Ketua Lembaga Pendidikan Anak Indonesia (LPAI) dalam aksinya di posko utama pengungsian Dusun Sajang, Desa Sembalun, Lombok, pada Rabu (1/8).

“Bahwa aksi ini agar anak-anak tetap tenang dan gembira, selalu berkegiatan juga tidak merasa sendiri. Juga agar aspek tumbuh-kembang dan keceriaan mereka selama di tempat pengungsian tetap terjaga, sehingga tetap tangguh menghadapi musibah”, ujarnya.

Empat hari sudah anak-anak di wilayah Dusun Sajang, Desa Sembalun, Lombok, tidak bersekolah lantaran bencana alam gempa bumi yang terjadi Minggu (31/7). Dalam kondisi darurat di pengungsian, kondisi psikologis anak-anak perlu menjadi perhatian bersama. Agar dapat memberikan ruang bagi anak-anak untuk terus menambah pengetahuan dan keceriaan meskipun dengan kondisi di pengungsian, Dompet Dhuafa menginisiasi Ruang Ramah Anak. Bersama dengan LPAI dan tim Psychological First Aid (PFA) Dompet Dhuafa, tim gabungan tersebut mengadakan kegiatan dongeng ceria, bernyanyi dan bercerita bersama.

Dian Mulyadi, selaku Manager Komunikasi Dompet Dhuafa, menuturkan, “Dompet Dhuafa merespon bencana gempa bumi Lombok dengan mengirimkan Darling (Dapur Keliling), mendirikan pos komando, huntara (hunian sementara) pengungsian, pos hangat, dapur umum, dan ALS (Aksi Layan Sehat). Pun salah satu yang telah dijalankan sebagai dukungan dalam aspek psikososial bagi anak-anak yaitu melalui program Sekolah Ceria yang dipusatkan di Dusun Sajang”. (Dompet Dhuafa/Dhika Prabowo)