DEPOK — Menjadi tua adalah sebuah kepastian bagi manusia. Rambut yang memutih, kulit yang mengeriput, dan tenaga yang sedikit demi sedikit berkurang, menjadi salah satu gejala manusia sudah tak muda lagi. Namun bagi Mbah Maroh (73), usia bukanlah rintangan untuk memiliki etos kerja dalam melakukan berbagai aktivitas dan alasan untuk bermalas-malas.
Mbah Maroh sudah terbiasa melakukan kegiatan berkebun sebagai mata pencahariannya. Walau badan yang ia miliki sudah tak tegap seperti waktu masih muda. Mbah Maroh tetap semangat menggarap kebun kosong yang dipenuhi pohon pisang di sebelah rumahnya, di Kampung Serua Bulak RT. 01/03, Pondok Petir, Sawangan, Depok.
“Itu (kebun) udah lama Engkong yang garap dan kebun itu punya orang Jakarta. Kalo sudah panen Engkong setor,” ujar pria yang akrab disapa Engkong oleh penduduk sekitar.
Pekerjaan Mbah Maroh sebagai tukang kebun, sudah cukup baginya untuk menghidupi istri dan membantu ekonomi anak dan cucu yang tinggal bersamanya. Jika pisang sudah berbuah banyak, hal itu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Mbah Maroh. Dimana ia dapat menjajakan pisang yang telah masak ke pasar sekitar. Meski ia diamanahkan tanggung jawab penuh dari pemilik kebun, tak membuat Mbah Maroh berlaku culas. ia tetap memberikan hak pemilik tanah yang besarannya ia rahasiakan.
Sifat merasa cukup, adil, dan selalu bersyukur tampaknya menjadi kunci terpeliharanya kesehatan Mbah Maroh meski usia sudah menginjak usia di atas 70 tahun. Mbah Maroh sering memberi wejangan kepada para anak muda dan penduduk sekitar, jika sedang bertandang atau sekedar berbincang ringan dengannya di rumah minimalisnya. Wejangan yang ia berikan biasanya selalu dalam koridor syukur dan jangan pernah meninggalkan shalat.
Sang istri, Sopiah (69), pun turut mengamini apa yang disampaikan oleh Mbah Maroh. Selama tiga puluh tahun lebih membina rumah tangga dengan Mbah Maroh, tak sekalipun Sopiah mendengar sang suami mengeluhkan kondisi ekonomi keluarga yang terbilang pas-pasan. Keluarga juga sudah biasa makan dari hasil berkebun jika dompet sudah menipis.
Etos kerja yang dimiliki oleh Mbah Maroh sangat berpengaruh terhadap gaya dan prinsip hidup yang ia jalani. Ia tak suka berharap belas kasih kepada orang. Mbah Maroh juga bercerita bahwa ia sering diberikan uang jika sedang berdagang di Pasar. Ia menolak jika pemberian itu dimaksudkan hanya untuk pemberian semata bukan membeli barang dagangannya. Jika dagangannya dibeli lebih oleh pelanggan, ia dengan senang hati menerimanya.
“Si Engkong mah begitu. Dia gak betah diam. Si Imah (anak) udah sering bilang supaya Engkong istirahat aja, tapi Si Engkong gak mau,” ungkap Sopiyah kepada tim LPM Dompet Dhuafa.
Melihat semangat etos kerja tinggi yang dimiliki oleh Mbah Maroh, Dompet Dhuafa memberikan bantuan modal usaha dan sembako rutin kepada Mbah Maroh dan keluarga. Agar keluarga Mbah Maroh mendapatkan nutrisi meski sedang tak musim panen.
“Terima Kasih buat semua pihak yang sudah bantu saya, terimakasih Dompet Dhuafa dan para donaturnya. Semoga amal jariahnya dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda,” ujar Mbah Maroh dengan bahagia. (Dompet Dhuafa/Rifky)