Entas Kemiskinan, Membangun Kemandirian Pangan di Tanah Kasepuhan

Kemiskinan masih menjadi problematika besar bagi bangsa ini. Meskipun secara hakikatnya Indonesia telah mencapai kemerdekaan, namun sebenarnya belumlah merdeka.  Hal tersebut dibuktikan, masih banyaknya masyarakat yang belum merasakan kesejahteraan di berbagai bidang, khususnya kesejahteraan ekonomi. Badan Pusat Statistik (BPS) memaparkan, hasil temuannya yang menyebut per Maret 2015, angka kemiskinan naik sekitar sepuluh persen dari 27,73 juta menjadi 28,95 juta.

Berkaca dari kemiskinan yang masih bertahan di negeri ini, sudah seharusnya bangsa ini bertekad, mengembalikan semangat kebangkitan nasional dengan tumbuh bersama membangun kemandirian, guna mencapai kesejahteraan yang diharapkan. Membuat perubahan yang berarti, dengan membangkitkan kembali kejayaan swasembada pangan melalui sektor pertanian.

Sektor pertanian merupakan aset utama dalam penyediaan pangan. Indonesia memiliki potensi yang luar biasa dalam bidang pertanian. Saatnya masyarakat di Indonesia melirik dan beralih untuk membangun pertanian. 

Saat ini Indonesia berada dalam status rawan pangan, karena pangannya tergantung dari pihak lain. Angka impor pangan selalu melonjak dari tahun ke tahun. Harga beras impor lebih murah dari beras produk lokal. Lebih ironis,  Indonesia negara pengimpor 50 persen beras yang diperdagangkan di pasar dunia.

Sebagai upaya membantu pemerintah dalam mewujudkan kedaulatan pangan di negeri ini, Dompet Dhuafa, lembaga zakat bergerak dalam bidang kemanusiaan, berupaya merealisasikan kedaulatan pangan melalui Program Pertanian Sehat Indonesia (PSI).  Program ini secara aplikatif melakukan pendampingan (pemberdayaan) masyarakat petani kecil dan pemasaran produk pertanian ramah lingkungan. Berbagai program pemberdayaan pertanian pun telah digulirkan di antaranya Bank Benih, Klaster Mandiri, Lumbung Desa, Pemulihan Ekonomi, dan Pemberdayaan Petani Sehat.

Dompet Dhuafa menginisiasi Program Bank Benih di Kasepuhan Sinar Resmi, Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Dalam program tersebut, Dompet Dhuafa mendampingi masyarakat Kasepuhan dalam melakukan pendataan 62 benih lokal, membukakan lahan khusus untuk penanaman benih. Tak hanya itu,  kini,  3 unit leuit (lumbung padi) telah berfungsi sebagai  tempat penyimpanan padi. Di lahan seluas 7200 meter persegi, Dompet Dhuafa memulai pelestarian benih lokal.

“Bank Benih menjadi cara kita wujudkan kedaulatan pangan dan pelestarian benih lokal, demi kesejahteraan masyarakat. Sebagai model desa adat berdaulat pangan, Kasepuhan Sinar Resmi juga layak untuk dikembangkan menjadi kawasan destinasi wisata budaya pertanian berbasis komunitas adat,” ujar Parni Hadi, Ketua Dewan Pembina Dompet Dhuafa.

Selain program Bank Benih, di tahun 2015 Dompet Dhuafa pun melanjutkan program pemberdayaan di kawasan yang terkenal dengan kearifan lokal ini. Agrobudaya menjadi program pemberdayaan yang dipilih, guna melestarikan benih padi lokal dan budaya. Di antara kegiatan Agrobudaya di Kasepuhan Sinar Resmi, Dompet Dhuafa pun berikhtiar dengan menyediakan sarana pendukung destinasi wisata budaya pertanian, dengan membangun sebuah Wisma Agrobudaya (Guest House).

Dengan demikian, mewujudkan kemandirian demi kemaslahatan umat menjadi cita-cita mulia Dompet Dhuafa. Melihat Dompet Dhuafa yang begitu peduli dengan nasib kesejahteraan kaum dhuafa, seharusnya menjadi semangat  bangsa ini untuk membentang kebaikan dalam membangun kemandirian agar rakyat Indonesia  semakin berdaya. (Dompet Dhuafa/Uyang)