EOE-SAKU: Mencetak Pemuda yang Handal di Dunia Perkantoran

SUKABUMI — Selama dua hari, pada (13-14/12/2018) tim Dompet Dhuafa menelusuri Kabupaten Sukabumi untuk melihat kemeriahan Pelatihan Hard Skill periode ketiga dari Equal Opportunity For Empowerment (EOE) – Siap Kerja Siap Usaha (SAKU), yang berjalan dari buah sinergi Coca-cola Foundation Indonesia dengan Dompet Dhuafa. Kegiatan tersebut, hadir atas inisiasi dari Mitra Kunci, United States Agency for International Development (USAID) yang juga didukung Kemenrisdikti.

Kali ini, tim Dompet Dhuafa melihat keseruan dari Pelatihan Komputer yang memiliki peserta 32 laki-laki, dan tiga perempuan. Pelatihan tersebut terbagi menjadi dua tempat. Satu di LKP Nesscera, Cicurug dan satu lagi di Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI), Cikole. Tempat pertama yang didatangi ialah UMMI, Cikole. Di sini mereka melakukan Pelatihan TKJ. Husain merupakan salah satu peserta di pelatihan tersebut. Dia mengungkapkan ketertarikannya bergabung lantaran terbukanya akses untuk belajar.

“Setelah mengetahui ada pelatihan tersebut, langsung saja Saya daftarin diri,” ujar Husain.

Namun lagi-lagi kesulitan yang serupa juga ditemukan oleh Asep Suandi selaku trainer TKJ. Dia mengungkapkan walaupun peserta terlihat semangat, tapi trainer juga harus lebih semangat dan aktif.

“Kalau di tempat lain, semisal ketika Saya mengisi seminar, workshop, atau kelas lainnya, mereka memang punya basic komputer. Tapi kalau di sini, mereka nol sama sekali. Jadinya menuntut kita untuk lebih aktif, ketimbang menunggu pesertanya yang bertanya. Tetapi justru kita yang harus bertanya, sudah sampai mana? Kurang lebih begitu,” ucap Asep.

Tempat kedua ialah LKP Nesscera, Cicurug. Sedangkan di sini para peserta menerima Pelatihan Microsoft Office dan Desain Grafis.
Jika Pak Asep mengatakan kita harus lebih aktif. Di lain pihak, Henri, selaku Trainer Desain, mengungkapkan kesulitannya bukan hanya di segi basic keterampilannya, melainkan terletak di karakternya.

“Soft skill mereka masih harus ditingkatkan karena attitude mereka penting. Itu akan mengubah mindset mereka ke depannya. Kalau kendala secara teknis, minimal mereka setidaknya sudah tahu sedikit tentang office atau desain grafis atau aplikasi computer lainnya, tapi tidak dimungkiri kalau beberapa dari mereka memang ada yang baru lulus sekolah, ada juga yang sudah lama putus sekolah,” jelas Henri.

Begitu juga apa yang disampaikan oleh Risky Khoirul Ikhsan, selaku peserta Pelatihan Komputer bagian Microsoft Office. Menurutnya pelatihan tersebut memberikan banyak manfaat. Terutama pada saat pelatihan soft skill.

“Manfaatnya tuh saya dulu pemalu banget. Gak berani ngomong depan public, cuman di periode Pelatihan Soft skill, kita belajar bagaimana mengendalikan rasa malu, belajar disiplin, attitude, sopan santun dan terpenting harus keluar dari zona nyaman,” ungkap Risky.

Lalu terkait dengan attitude, sebenarnya para peserta yang menginap di tempat yang sudah difasilitasi oleh pihak penyelenggara, banyak mempraktekkan hal tersebut. Walaupun ada yang tidak pula ikut menginap. Namun semua itu berguna untuk memperkuat keakraban sesama peserta, agar setelah dari pelatihan, hubungan mereka akan tetap terjaga. Dengan demikian, jaringan EOE-SAKU terus terjalin.

“Iya lewat fasilitas menginap, mereka diharapkan dapat saling terhubung dan saling berjaring untuk kedepannya. Terutama terkait soal kewirausahawan. Jadi mereka dapat memulai usaha sebagai kelompok, atau sebagai teman pengingat juga. Sehingga soft skill yang sudah diberikan, tidak hilang begitu saja setelah dari sini,” kata Samsul Fuad, selaku Kordinator Lapangan EOE-SAKU, dari perwakilan Dompet Dhuafa.