Guru Relawan, Kisah Enam Bulan Mendidik Anak Penyintas Di Bumi Lombok (Bagian Satu)

LOMBOK UTARA — “Ayo, belajar, kakak guru sudah di teras,” teriak Hafiz, murid kelas 3 SDN Gumantar yang semangat mengajak teman-temannya belajar.

Satu demi satu, anak seusia Hafiz ikut bergerombol lalu bersama-sama menuju bekas teras rumah yang roboh. Di teras tersebut, sudah dua perempuan siap menjamu antusiame belajar para anak penyintas gempa Lombok tersebut.

Sejak gempa mengguncang, sepanjang pesisir utara Lombok lumpuh. Termasuk Desa Gumantar, Kecamatan Kahyangan, Kabupaten Lombok Utara. Ratusan bangunan runtuh, termasuk diantaranya sekolah. Terdapat ribuan anak-anak di desa Gumantar yang terpaksa kehilangan kegiatan utamanya, yaitu bersekolah. Dompet Dhuafa yang menyadari adanya perubahan ritme kehidupan mendadak di Lombok tidak tinggal diam. Puluhan relawan pendidik dari berbagai latar belakang dan wilayah, dikumpulkan dalam rangka membangkitkan pendidikan di Bumi Seribu Surau. Para relawan pendidik tersebut tergabung dalam progam Guru Relawan yang masuk dalam progam Recovery Dompet Dhuafa, Lombok Bangkit.

Guru Relawan merupakan salah satu progam dari Dompet Dhuafa Pendidikan untuk mengembalikan ritme pendidikan di Lombok. Pertama kali diluncurkan pada September lalu, Guru Relawan mengemban misi enam bulan mengembalikan semangat belajar siswa-siswa di Lombok pasca gempa. Sebanyak belasan guru relawan dari berbegai penjuru Indonesia berkumpul di wilayah paling terdampak gempa.

Pertama kali diterjunkan, para guru relawan ditugaskan mengembalikan ritme belajar anak-anak di Lombok. Bukan tanpa alasan, ketika gempa datang, bukan hanya sekolah yang roboh, namun juga semangat belajar anak-anak di sana ikut terenggut. Guru tidak dapat mengajar, karena mereka pun juga merupakan korban gempa. Disitulah peran guru relawan hadir. Di balik reruntuhan tembok sekolah dan bilik-bilik kelas darurat, guru relawan dengan sabar menata kembali semangat belajar anak-anak di Lombok. (Dompet Dhuafa/Zul)