Hadapi Krisis Literasi, Dompet Dhuafa Pendidikan Kumpulkan Pegiat TBM

BOGOR — Minggu (18/8/2019) lalu, Dompet Dhuafa Pendidikan mengumpulkan para pegiat Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Acara bertajuk “Studium Generale dan Launching TBM Gemari Baca” berlangsung di Kemang, Bogor. Sebanyak 23 aktivis TBM dari daerah Bogor, Depok, Bandung, Subang, Cirebon, Sukabumi, Jakarta, Jogja, hadir pada acara tersebut.

“Acara berlangsung dengan bentuk gathering dan training disampaikan oleh pegiat literasi yang aktif dalam forum-forum literasi nasional. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi wadah berbagi inspirasi dan pengetahuan tentang aktivitas yang dilaksanakan di TBM masing-masing,” ungkap Marlina, pengelola Jaringan Sekolah Indonesia.

Hadir sebagai pembicara pada sesi Kuliah Umum adalah Dr. Firman Hadiansyah, M. Hum, Ketua Umum Forum Taman Bacaan Masyarakat. Dalam paparannya, Firman menekankan tentang pentingnya kolaborasi dalam Gerakan Literasi. “Hal yang terpenting dalam Gerakan Literasi adalah kolaborasi antara keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiganya tidak boleh parsial, sebab kolaborasi ketiganya akan memperkuat value dari Gerakan Literasi,” papar Firman.

Dirinya juga menyampaikan evaluasinya terhadap Gerakan Literasi yang ada saat ini. “Gerakan Literasi saat ini alhamdulillah sudah mulai berjalan. Namun sayangnya antara satu dengan yang lainnya tidak saling mendukung. Sebagai contoh misalnya, perpustakaan di sekolah biasanya hanya dibuka untuk siswa di sekolah tersebut. Padahal seharusnya juga dapat dibuka untuk masyarakat. Sehingga masyarakat dapat mengakses buku-buku di sekolah. Kemudian diperkaya juga dengan Taman Baca di masyarakat dan dukungan keluarga (di rumah)”.

Menutup pemaparannya, Firman menyampaikan pesan kepada para peserta. “Stimulan Gerakan Literasi dari Taman Baca Masyarakat harus dimulai dari kita sendiri, dimulai dari apa yang bisa kita mulai. Dukungan pemerintah yang hadir dapat dianggap sebagai bonus untuk lebih memperluas kebermanfaatan Taman Baca di masyarakat,” pesan Firman.

Menemani Firman, hadir sebagai pembicara kedua adalah Direktur Dompet Dhuafa Pendidikan, Muhammad Syafi’ie El-Bantanie. Syafi’ie memfokuskan pemaparannya pada bagaimana literasi dapat membangun peradaban. “Literasi yang kita bangun adalah kesadaran akan ilmu untuk mengabdi, ilmu untuk kebermanfaatan,” ujar Syafi’ie.   

Proses panjang pembangunan peradaban tersebut, menurut Syafi’ie, dapat dimulai dengan menggalakkan budaya baca. Namun tidak hanya sekedar membaca, Syafi’ie menekankan pentingnya niat. “Jika hanya iqro’ (bacalah.red) semata, membaca sekadar menjadi aktivitas biasa saja. Tapi dengan iqro’bismirobbika (bacalah dengan nama Tuhanmu.red), membaca akan menjadi aktivitas bermakna dan berpahala,” terang Syafi’ie.

Usai diskusi yang berlangsung seru antara peserta dengan pembicara, acara kemudian dilanjutkan dengan Launching program TBM Gemari Baca. Program ini berupa pendampingan secara intensif yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa Pendidikan terhadap 9 TBM di wilayah Jawa Barat dan Banten. Kesembilan TBM tersebut akan menjalani masa program selama setahun mendatang.

Demikianlah, acara yang sejatinya merupakan salah satu kontribusi dari Dompet Dhuafa Pendidikan untuk menghadapi krisis literasi yang saat ini tengah terjadi di Indonesia. Sebagaimana tercatat, pada 2016 lalu, Indonesia dinyatakan sebagai negara dengan tingkat literasi di peringkat 60 dari 61 negara. Sebelumnya pada 2012, UNESCO menyimpulkan dari penelitannya bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,1% atau dengan kata lain dari 1.000 orang hanya 1 yang membaca. (Dompet Dhuafa/Pendidikan/Dila)