JAKARTA–“Bismilahirrahmaanirrahiim…” Lantunan surat-surat pendek Al-Qur`an menggema di salah satu masjid kawasan gang sempit Pejaten Timur. Lantunan ayat-ayat suci semakin menambah kesyahduan sore hari yang begitu teduh. Sore itu, tatkala ibadah shalat Ashar selesai ditunaikan, para tunas Bangsa dengan semangat berlarian menuju masjid tempat mereka belajar mengaji.
Saat suasana riuh rendah suara mereka tumpah, para murid kembali berlari berlomba-lomba mencium tangan Hamidah (28), pengajar mereka yang baru datang. Hamidah merupakan salah satu pengajar senior yang ada di Masjid Al-Furqan. Sudah delapan tahun ia baktikan ilmunya untuk murid-murid di Masjid ini.
Hamidah adalah anak seorang petani dari keluarga sederhana. Ia merantau ke Jakarta demi mendapatkan pendidikan tinggi yang ia peroleh melalui jalur beasiswa. Hamidah juga merupakan alumnus Jurusan Syariah dari salah satu perguruan tinggi milik Pemerintah Arab Saudi. Sudah satu tahun ia lulus dari sana, namun baktinya untuk mengajar agama tak pernah berhenti meski pendidikannya telah usai.
Bagi putri pasangan Ahmad Rasyihan dan Siti Halimah ini, mengajar ilmu agama merupakan kewajiban seorang muslim. Sebab Rasulullah pernah berpesan melalui hadistnya, “Sebaik-baik manusia adalah yang belajar Al-Quran dan mengamalkannya”. Hadis ini begitu membekas di benak Hamidah, hingga perantauannya di Jakarta pun tak luput dari aktivitas keagamaan.
Di tempat mengajarnya saat ini, murid yang dibimbing oleh Hamidah dan kawannya berjumlah kurang lebih 100 orang. Sebagian dari mereka adalah anak-anak masyarakat marjinal para pendatang yang tinggal ditanah tak bertuan. Hamidah mengaku animo warga sekitar Jalan Jatipadang Utara, Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, untuk belajar agama amatlah tinggi. Sehingga ia tak membuka pendaftaran secara terbuka.
“Biasanya siswa diantar ibunya buat daftar ngaji disini,” jelas wanita asal Gresik ini.
Tidak hanya itu, para pengajar pun tak luput menjadi perhatian Hamidah dan para pengurus lain. Pengajar di Masjid Al-Furqan bukanlah guru sembarangan. Mereka harus memiliki sertifikasi dahulu sebelum bisa mengajar, biasanya metode yang mereka pakai adalah metode qira`ati.
“Kalau sekedar baca dan mengajar Al-Quran siapapun bisa, tapi mereka juga harus punya metode yang tepat. Makanya cari guru disini susah mas,” ungkap Hamidah kepada Tim LPM.
Hamidah dan kawan-kawan tak pernah meminta uang bayaran kepada para muridnya. Hanya saja mereka mewajibkan agar murid-murid senantiasa berinfak. Hal ini bertujuan supaya melatih diri untuk berbagi dan beramal sejak dini. Hal tersebut agar suatu saat mereka mampu secara ekonomi, hal tersebut sudah menjadi rutinitas dan kebiasaan mereka.
Selain aktif di Masjid Al-Furqan, Hamidah juga aktif di Komunitas Pemerhati Anak Bangsa atau yang mereka namakan KAISA. Di komunitasnya yang satu ini, Hamidah sudah berkecimpung selama tujuh tahun hingga sekarang. KAISA merupakan wadah pendidikan bagi anak-anak pemulung yang mengalami putus sekolah maupun rawan putus sekolah. Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak pemulung yang memang secara pendidikan akademis luput dari perhatian orang tua.
Di komunitas KAISA banyak yang ia dan kawan-kawan lakukan. Mengajar baca tulis, membangun taman baca, pengajaran seni dan kreatifitas, adalah segelintir dari aktivitas yang mereka lakukan. Hamidah juga tak lupa akan regenerasi yang wajib dilakukan di lembaga ini. Maka dari itu, ia sedikit melonggarkan aktivitasnya di KAISA demi memberi kesempatan kepada para juniornya.
Beragam aktivitas sosial sangat lekat dengan pribadi dan keseharian Hamidah. Baginya pendidikan adalah hal utama. Ia menyadari apa yang dilakukannya selama ini merupakan bagian kecil yang ia sumbangsihkan demi kemajuan anak-anak warga sekitar dimana ia tinggal. Ia berharap beberapa tahun kedepan hal itu bisa ia tularkan di kampungnya, Wonokerta, Gresik.
Melihat dedikasi dan aktivitas sosial yang dilakukan oleh Hamidah, Dompet Dhuafa selaku lembaga sosial yang bergerak melalui dana amanah donatur sangat mendukung langkah-langkah yang dilakukannya. Atas perjuangan tersebut, Dompet Dhuafa memberikan bantuan program “Pejuang Masyarakat” dengan memberikan insentif dan beberapa lembar Al-Quran demi mendukung kelancaran aktivitasnya dalam mengajar.
“Terima kasih Dompet Dhuafa yang telah peduli akan pendidikan anak-anak, semoga bantuannya berguna buat saya dan anak-anak di sini,” ujar Hamidah.
Hamidah pun berterimakasih kepada para donatur yang menyisihkan sebagian rizki yang diperoleh untuk membantu dan peduli kepada sesama. Ia berdoa agar harta yang diperoleh mendapatkan berkah dari Allah SWT. Amin. (LPM Dompet Dhuafa/Rifky)