Hari Sarjana Indonesia: Terus Perhatikan Generasi Muda Dhuafa

JAKARTA — Sarjana. Sebuah kata yang keramat bagi masyarakat desa. Bagi mereka, melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi selalu menjadi momok, karena keterbatasan ekonomi. Sayangnya, masih ada masyarakat yang kurang menganggap penting melanjutkan pendidikan. Padahal, dengan berpendidikan tinggi sama saja dengan mengubah kondisi sosial dan ekonomi.

Baru-baru ini kita dikagetkan dengan penutupan sejumlah perguruan tinggi oleh Kemenristek karena berijin palsu. Alhasil, sarjana yang dihasilkan pun menyandang gelar palsu. Ada pula pihak tidak bertanggung jawab yang menjual ijazah kepada siapa saja yang enggan kuliah dan mau mengeluarkan biaya tinggi untuk membelinya.

Merayakan Hari Sarjana Indonesia yang jatuh pada 29 September, kita masih miris dengan wajah pendidikan di negeri ini. Di balik pihak yang ingin mendapatkan gelar dalam waktu singkat, sebenarnya masih ada saudara, adik-adik kita di pelosok sana yang ingin bersekolah hingga tingkat tinggi. Namun terhambat karena keterbatasan biaya. Mereka yang semangat belajar sepulang kegiatannya membantu orang tua. Mereka yang berpotensi untuk mengubah bangsa ini menjadi negara yang berdikari dan bebas korupsi.

Mereka-mereka itulah yang seharusnya diperhatikan oleh negara. Padahal, negara jelas-jelas menjamin pendidikan bagi warganya melalui Pasal 31 ayat 1 dan 2 yang berbunyi “Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”.

Menyadari bahwa Indonesia begitu luas dan masyarakatnya tersebar hingga pelosok, Dompet Dhuafa berupaya membantu pemerintah untuk menyekolahkan anak-anak bangsa.

“Dompet Dhuafa berupaya menjalankan amanah masyarakat. Di bidang pendidikan dengan memastikan bahwa kebermanfaatan tidak akan berhenti pada penerima manfaat. Penerima manfaat sejak awal harus memiliki kebermanfaatan juga bagi orang lain,” ujar Sri Nurhidayah, Manager bidang pendidikan Dompet Dhuafa.

Berbagai program digulirkan untuk menghasilkan anak didik yang berkualitas dan berakhlak islami. Program-program tersebut diantaranya sekolah akselesari (SMP-SMA lima tahun) bernama SMART Ekselensia Indonesia, Sekolah Guru Indonesia, dan Beastudi Etos. Dengan menggunakan dana zakat yang dihimpun dari muzakki di seluruh Indonesia, Dompet Dhuafa berikhtiar agar anak-anak dhuafa dapat bersekolah. Sehingga manfaatnya kembali kepada bangsa ini sendiri, yaitu melahirkan generasi penerus bangsa yang terbaik.

Terbukti hingga 2014 ada 241 penerima manfaat dari dari program SMART Ekselensia Indonesia, 119 penerima manfaat Sekolah Guru Indonesia, dan 567 penerima manfaat Beastudi Etos yang tersebar di seluruh Indonesia. Bahkan salah satu alumni SMART Ekselensia Indonesia, ada yang melanjutkan studi Magister di Belanda. Ada juga yang menjadi guru besar di Universitas Indonesia.

Keberhasilan itu bukan semata karena program yang bergulir, tetapi juga kekuatan donasi yang diamanahkan muzakki kepada Dompet Dhuafa. Lebih dari itu, semangat untuk keluar dari kondisi terdahulu lah yang membuat penerima manfaat berpacu meraih keberhasilan.

Oleh karena itu, menyambut Hari Sarjana Indonesia, mari kita dukung dan bantu generasi muda berpotensi dari keluarga dhuafa, agar kelak dapat berkontribusi pada pembangunan negeri ini. (Dompet Dhuafa/Erni)