Hari Zakat Nasional: Momentum Tumbuh Bersama Bangun Kemandirian Bangsa

Kita mencoba mengingat ke masa lalu sejak 69 tahun negara ini merdeka, dan  seiring pula dimulainya kegiatan pembangunan nasional awal tahun 1970-an, masyarakat di Indonesia belum juga dapat merasakan kehidupan yang layak sebagai bangsa  yang sejahtera. Kemiskinan dari dulu sepertinya menjadi masalah akut hingga kini dan terus berlanjut hingga sekarang dan entah kapan akan terselesaikan.                                                        

Bank Dunia melaporkan pada tahun 2012, bahwa kurang lebih 47% dari jumlah penduduk Indonesia masih tergolong miskin. Bagaimana pun angka kemiskinan tersebut merupakan salah satu masalah besar  di negeri ini. Tentu, kenyataan bahwa masih besar tingkat kemiskinan di negeri ini sungguh sangat disayangkan terjadi di negeri yang memiliki sumber daya alam yang melimpah ini.                                                                                                            

Atas problematika yang terjadi,  sebagai salah satu pilar syari’at Islam, zakat tentunya memiliki kaitan dengan permasalahan tersebut. Zakat sendiri merupakan ibadah dalam Islam yang memiliki dimensi sosial-ekonomi.  Dalam Islam, pelaksanaan zakat merupakan sebuah perintah Allah SWT yang memiliki pesan sebagai sebuah kewajiban yang mutlak harus dilakukan oleh setiap orang yang mengaku dirinya beriman.                                                                  

Zakat secara bahasa berarti suci, tumbuh dan berkembang, keberkahan, dan baik. Sedangkan dalam fiqh, zakat diartikan sebagai sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu. Dari sumber dana sosial kaum muslimin yang ada, zakat merupakan elemen yang sangat penting.

Pertama, zakat merupakan perintah yang diwajibkan kepada kaum muslimin yang mampu. Perintah ini terdapat dalam ayat Qur’an surat At-Taubah ayat 103. Tentu dalam konteks sebagai perintah, dana zakat memungkinkan untuk ditarik dari para muzakki. Sehingga akan memungkinkan dana zakat ini menjadi sumber utama dari dana sosial kaum muslimin.          

Dalam dimensi pembangunan masyarakat, zakat merupakan salah satu instrument pemerataan pendapatan. Dengan pengelolaan zakat yang baik, sangat dimungkinkan membangun suatu  pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan pada saat yang bersamaan.                      Jika melihat dalam kondisi riil, disadari bahwa tidak semua pelaku ekonomi dalam mekanisme tersebut akan memperoleh keberuntungan yang sama.

Oleh karenanya, zakat menjadi instrument penting dalam rangka melakukan redistribusi untuk meminimalisasikan perbedaan kesejahteraan yang merupakan efek dari aktifitas pasar. Melalui mekanisme ini, secara tidak langsung, pilar ukhuwah ummat Islam tengah terbangun, melalui solidaritas sosial dalam zakat.                    

Melihat potensi zakat yang begitu besar dalam pemberdayaan masyarakat, Dompet Dhuafa lembaga zakat yang bergerak lebih dari 2 dekade dalam bidang kemanusiaan, turut mendayagunakan dana Zakat, Infak, Shodaqoh, Wakaf (ZISWAF), menggulirkan program-program pemberdayaan. Empat pilar yang menjadi fokus utama Dompet Dhuafa di antaranya Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan, dan Sosial.

Melalui tema “Ambil Berkahnya” Dompet Dhuafa mengajak umat muslim di Indonesia untuk tumbuh bersama bergandeng tangan wujudkan kemandirian. Kemiskinan yang ada di Indonesia dapat diputus jika kaum dhuafa dapat diberikan modal dan pelatihan untuk hidup mandiri.

Untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, Dompet Dhuafa melalui divisi ekonomi membentuk berbagai kegiatan program di antaranya, pengembangan pertanian, peternakan dan perikanan kelautan, pengembangan industri rumah tangga skala mikro dan kecil, serta pengembangan lembaga keuangan mikro yang berbasis perkotaan maupun pedesaan.

Selain itu, dalam mengembangkan ekonomi, Dompet Dhuafa juga memberikan modal untuk usaha mikro dan kecil kepada perseorangan atau kelompok. Pemberian modal tersebut bertujuan untuk menumbuhkan usaha baru dan atau mengembangkan usaha yang memberikan multiplier effect bagi masyarakat.

Tak hanya memberikan modal, divisi ekonomi Dompet Dhuafa juga mendampingi pelaku usaha kecil untuk meningkatkan kapasitas usahanya. Pendampingan divisi ekonomi berbentuk kemudahan akses pasar dan informasi dalam pengembangan usaha. Dari data yang diperoleh melalui Pusat Dokumentasi dan Knowladge Management Dompet Dhuafa, jumlah total penerima manfaat program ekonomi berjumlah 6841 Kepala Keluarga melalui enam bidang kegiatan program pemberdayaan masyarakat.

Salah satu keberkahan lainnya yang mengalir dalam program pemberdayaan yang digulirkan dalam bidang pendidikan. Dompet Dhuafa sebagai lembaga sosial terkemuka di Indonesia mengelola dana zakat salah satunya untuk pendidikan. Komitmen Dompet Dhuafa dalam bidang pendidikan adalah menciptakan kemandirian bagi penerima manfaat. Untuk siswa dan mahasiswa, kemandirian dilakukan melalui pemberian beasiswa yang hanya diberikan dalam jangka waktu tertentu.  

Pada guru, Dompet Dhuafa membangun kemandirian dengan melakukan pendampingan selama dua tahun. Anak didik yang berkualitas tidak akan terwujud jika kekurangan tenaga pendidik berkualitas. Oleh karena itu Dompet Dhuafa memberikan pelatihan selama enam bulan untuk menjadi pendidik terbaik.

Salah satunya adalah Smart Ekselensia. Sekolah ini ditujukan untuk anak-anak kaum dhuafa terpilih, belajar di jenjang SMP dan SMA dalam kurun waktu lima tahun tanpa biaya. Siswa-siswanya berasal dari 27 propinsi dengan jumlah penerima manfaat lebih dari tiga ribu orang sejak pertama kali didirikan pada 2004. Begitu juga dengan program pendidikan lain seperti Sekolah Guru Indonesia (SGI), Beastudi Indonesia (BI), Makmal Pendidikan, FIS Filial, dan Kampus Umar Usman.

Sisi keberhasilan, terlihat dalam dua hal yaitu kuantitas dan kualitas. Alumni Smart Ekselensia, misalnya, mereka berhasil kuliah di perguruan tinggi negeri. Begitu pula dengan penerima beasiswa etos. Seratus persen dari penerima beasiswa etos menyelesaikan studi S1 mereka. Menurut data yang didapat hingga Mei 2015 terdapat 55.247 penerima manfaat di program SGI, 107.702 penerima manfaat di program makmal pendidikan, penerima manfaat untuk Smart Ekselensia sebanyak 3.268, dan sebanyak 10.330 penerima manfaat untuk program Beastudi Indonesia.

Keberkahan bulan suci Ramadhan sekaligus momentum Hari Zakat Nasional yang diperingati setiap tanggal 27 Ramadhan semakin terasa dalam kehidupan kita bilamana dimanfaatkan dengan amalan-amalan kebaikan, membangun kepedulian, mengulurkan tangan kepada mereka kaum dhuafa yang membutuhkan. Problematika sosial yang tengah dihadapi masyarakat Indonesia saat ini menjadi permasalahan yang harus dirampungkan bersama. Mari, tumbuh bersama membangun kemandirian melalui program-program pemberdayaan Dompet Dhuafa demi kemaslahatan umat, agar keberkahan senantiasa mengalir untuk kita semua. (Dompet Dhuafa/uyang)