IDEAS Paparkan Hasil Riset Ilusi Mobilitas Ekonomi Di Indonesia (Bagian 1)

JAKARTA — Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) Dompet Dhuafa kembali menggelar diskusi publik tentang kemiskinan di Indonesia. Diskusi diselenggarakan di lantai 2 Bakso Boedjangan Pejaten, Pasar Minggu, pada Selasa (14/1/2020).

Kali ini, diskusi IDEAS bertajuk “Ilusi Mobilitas Ekonomi”, dengan narasumber Siti Nur Rosifah, selaku peneliti IDEAS dan Yusuf Wibisono, selaku Direktur IDEAS, dan mengundang para aktivis sosial, aktivis masyarakat, serta ekonom.

Dalam paparannya, Yusuf menyampaikan transisi dari miskin ke sejahtera adalah proses yang sangat sulit, terjal, dan berliku. Apalagi jika garis kemiskinan dinaikkan. Padahal, sudah barang tentu semakin bertambahnya era, garis kemiskinan juga semakin meningkat.

“Dulu orang miskin itu tidak punya hp, tidak punya motor atau mungkin juga gaptek. Sekarang jika kita lihat, semua orang tidak akan lepas dari yang namanya smartphone,” terang Yusuf.

Di samping itu, anak-anak dari keluarga miskin semakin sulit mengejar status ekonomi orangtuanya. Keluarga kelas menengah sangat rentan terhadap guncangan ekonomi. Terutama mereka yang minim akan tabungan ataupun aset. Pikiran mereka terfokus bukan untuk bagaimana menjadi kaya, melainkan bagaimana untuk tetap bertahan hidup.

Sementara, kalangan keluarga kelas atas sudah tak pernah terpikir bagaimana besok bisa makan. Yang terpikir adalah bagaimana menjadikan status keluarganya tetap berada di posisi atas dan semakin meningkat di generasi anak cucunya.

“Kesenjangan ekonomi dari dulu hingga kini tetap saja ada. Jika diperhatikan, orang-orang kapitalis yang di atas adalah kalangan-kalangan mereka sendiri,” papar Yusuf, sembari menunjukkan daftar orang-orang kaya Indonesia.

Bisa dilihat memang, fakta di mana orang-orang terkaya di Indonesia saat ini adalah orang atau bagian dari keluarga terkaya pada masa sebelumnya.

“Mereka semua ini saling berkaitan. Kelak anak-anaknya juga tentu akan saling terkoneksi di antara mereka-mereka ini. Jadi, jika ingin naik ke kelas atas ya harus mampu menjangkau orang yang di atas. Mempunyai jalur perkenalan misalnya, atau kerja sama, atau bisa juga pernikahan”, lanjutnya. (Dompet Dhuafa/Muthohar)