Subur penerima manfaat Dompet Dhuafa Jogja pada Program Madrasah Ekonomi Mandiri yang sukses menjalani usaha Es Pisang Ijo dan Es Dawet Telo Ungu. (Foto: Dompet Dhuafa Jogja)
Subur, nama yang sederhana namun bisa sarat makna. Ia merupakan salah seorang penerima manfaat Dompet Dhuafa Jogja. Subur dikenal sebagaipemuda yang sederhana, dilihat dari penampilan dan kediamaannya yang dikunjungi rekan-rekan Dompet Dhuafa Jogja. Pada siang itu, obrolan ringan kami dengannya membahas masalah kesempatan bisnis makanan di wilayah Jogja, khususnya di Gunung Kidul.
Laki-laki yang mengenal Dompet Dhuafa sejak kurang lebih dua tahun ini kini memiliki beberapa usaha yang ia jalankan bersama teman-teman sekampungnya. Mereka ialah anak-anak muda yang tidak ingin hanya berdiam diri tanpa aktivitas keseharian. Di awal menjalankan usahanya, Subur hanya memiliki satu gerobak untuk berjualan Es Pisang Ijo di daerah Gunung Kidul.
Dengan modal 400ribu rupiah, Subur menjalankan usahanya. Pertemuannya dengan Arif, salah seorang pegawai BMT Dana Insani membukakan jalan baginya untuk mengembangkan usaha. Arif mengenalkan Program Dompet Dhuafa Jogja yang konsentrasi pada pengembangan usaha kecil menengah, yakni program SAKOFA (Madrasah Ekonomi Dhuafa) yang sekarang berganti nama menjadi Madrasah Ekonomi Mandiri.
Dari program tersebut, Subur mendapat tambahan modal sebesar satu juta rupiah. Semangat Subur bertambah, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menambah satu lagi gerobak es pisang ijo miliknya. Melihat perkembangan usahanya yang semakin membaik, Subur memutuskan menambah kembali gerobaknya, hal ini juga ditujukan untuk membantu teman-temannya di kampung agar tak terjerat pengangguran yang dapat menambah angka kemiskinan. Hingga saat ini usaha es pisang ijo miliknya telah memiliki tujuh gerobak yang tersebar di Gunung Kidul, dengan demikian semakin banyak teman di kampungnya yang terbantu.
Keberhasilannya dalam menjalani usaha tersebut, selalu ingin ia tularkan ke banyak orang. Saat mengikuti program pendampingan yang dilaksanakan oleh Dompet Dhuafa Jogja, di situlah ia dapat bertukar pikiran bersama sesama penerima manfaat. Semua ia lakukan untuk mengoptimalkan potensi yang ada di wilayah Gunung Kidul khususnya, dan yang pasti agar tak banyak pemuda yang tak bekerja.
Ternyata usaha Subur dalam berbagi ilmu, tak berhenti sampai disini, rumah orang tuanya yang sederhana sering dikunjungi teman-temannya. Dari berbagai cerita dan tukar pikiran bersama temannya, Subur memutuskan untuk mengembangkan usaha esnya, kali ini dari bahan yang berbeda yaitu ketela ungu yang akan dibuat dawet. Saat kami berkunjung,pemuda yang murah senyum ini sedang membuat gerobak es dawet ungunya. Ini merupakan gerobak kedua, karnaia telah memproduksi satu gerobak untuk percobaan melihat respon masyarakat terhadap produk barunya tersebut.
Trik pemasaran baru, ia terapkan pada usaha barunya ini tak seperti ketika usaha es pisang ijo yang menggunakan metode penjualan standar (menggelar gerobak dan menunggu pembeli datang). Kali ini, Subur berinisiatif untuk memanfaatkan media BBM, jadi bagi pembeli yang mau berfoto untuk kemudian dijadikan DP (Display Picture)Blackberry Messanger akan mendapatkan satu gelas es dawet ketela ungu gratis.
“Alhamdulillah cara yang saya gunakan ini membuat usaha es dawet ketela ini semakin rame, jadi saya memutuskan untuk membuat gerobak lagi,” ujarnya.
Rekan-rekan Dompet Dhuafa yang saat itu bercakap denganSubur sungguh terkesan. Sosok sederhana dari desa kecil di Gunung Kidul memiliki kreatifitas yang sangat maju dan berani. Ini ia buktikan dengan rencananya untuk membuka usaha bakso beberapa waktu mendatang. “Jika mau berwiraswasta, kita harus totalitas dan jangan mau menyerah pada satu usaha saja. Jadi kenapa saya membuat usaha es dawet ketela ungu juga usaha bakso yang mau saya rintis, itu karna saya harus bersiap jika suatu saat salah satu usaha saya turun, masih ada usaha yang bisa saya jalankan,” terangSubur sembari melahap buah manggis yang ia beli sesaat sebelum kami datang. (Dompet Dhuafa Jogja)
Editor: Uyang