Jalan Kaki Belasan Kilometer, Jajakan Agar-Agar Demi Hidupi Keluarga

BOGOR, JAWA BARAT — “Semenjak anak-anak sekolah online, saya harus berkeliling sejauh 12 kilometer setiap harinya, itu pun dagangan saya masih tetap sepi bahkan tidak laku sama sekali. Apalagi kalau hujan, saya bisa pulang sampai malam,” ungkap Ajat Sudrajat (42) seorang pedagang agar-agar penyandang disabilitas.

Bagi kita yang hidup di kota besar dan terbiasa menggunakan kendaraan pribadi untuk membantu mobilitas sehari-hari, jarak 12 kilometer mungkin terdengar cukup jauh ditempuh. Namun, Ajat harus menempuhnya dengan berjalan kaki untuk menjajakan agar-agar dagangannya demi memenuhi kebutuhan keluarga. Ajat yang merupakan seorang penyandang disabilitas merasa tidak punya pilihan lagi selain berdagang keliling semenjak sekolah menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) selama pandemi Covid-19.

Sejak kecil, Ajat harus menerima kenyataan lahir dengan kondisi yang kurang sempurna pada salah satu lengannya. Walaupun begitu, Ajat tidak berkecil hati dan tetap melanjutkan kehidupannya seperti biasa. Nasib buruk nampaknya belum berhenti menantang keteguhan hatinya, saat remaja Ajat mengalami musibah tersengat aliran listrik ketika dirinya tengah memperbaiki lampu yang rusak. Beberapa jari tangannya kini kaku tidak bisa digerakkan akibat luka yang dialaminya.

“Waktu itu saya lagi memperbaiki lampu yang rusak, saya tidak tahu kalau ada konsleting karena hujan. Saat itu saya sedang pegang gunting besi tanpa pengaman apapun dan akhirnya saya tersengat listrik sampai dibawa ke rumah sakit. Jari saya pun kaku tidak bisa digerakkan lagi dan dada saya mengalami luka bakar. Tetapi alhamdulillah saya masih diberi kesempatan hidup sama Allah SWT.,” tutur Ajat menceritakan musibah yang menimpa dirinya.

Beberapa cobaan yang menimpanya seperti tidak menggoyahkan hati ayah beranak 2 (dua) ini. Ajat sempat membuka warung kecil-kecilan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, namun usahanya gulung tikar dan Ajat harus banting setir dengan berjualan agar-agar jajanan anak-anak. Sebelum pandemi melanda, Ajat biasa menjajakan dagangannya di sekolah dekat rumah. Namun, dengan kondisi hari ini Ajat terpaksa mencari pelanggan dengan berjalan kaki mengitari beberapa kampung di Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

“Dulu tuh saya sempat buka warung, tapi ya modalnya habis untuk kebutuhan keluarga sehari-hari karena sepi dan banyak yang hutang di warung. Ya, namanya di kampung saya ikhlasin saja namanya hidup bertetangga harus saling membantu juga kan. Pengen buka warung lagi sebetulnya biar tidak perlu keliling jauh-jauh seperti sekarang, tapi saya tidak punya modal.

Di dalam hati kecilnya, Ajat sangat ingin kembali membuka warung di rumahnya agar tidak perlu bersusah payah berjalan belasan kilometer untuk mendapatkan rezeki. Modal menjadi faktor keinginan itu tidak bisa terpenuhi. Mendengar hal itu Dompet Dhuafa bersama PT Royal Pesona Indonesia (Somethinc) coba mewujudkan impian Ajat dengan memberikan bantuan permodalan usaha untuk para disabilitas mandiri seperti Ajat. Melalui tim Lembaga Pelayan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa yang terjun langsung ke lokasi, Ajat langsung diajak untuk membeli berbagai kebutuhan warungnya agar bisa segera berjualan pada Rabu (19/1/2022).

“Pokoknya saya sangat berterima kasih kepada seluruh pihak yang membantu saya terutama PT Royal Pesona Indonesia atau Somethinc dan Dompet Dhuafa yang sudah jauh-jauh datang kesini untuk bantu saya buka warung lagi. Semoga ini menjadi berkah buat kita semua dan bermanfaat untuk saya menghidupkan keluarga,” pungkasnya. (Dompet Dhuafa / Arlen)