John dan Louise, Turis Prancis yang Korbankan Liburan Untuk Bantu Warga Gempa Lombok

LOMBOK UTARA — Posko Utama Dompet Dhuafa di wilayah Tanjung, Lombok Utara, mendapatkan pasukan baru setelah datangnya relawan asing asal Prancis. Dua wisatawan yang terpanggil jiwa kemanusiaanya tersebut, rela bertaruh nyawa di wilayah bencana paling rawan, yaitu di Lombok Utara. Sebelumnya, John dan Louise hanyalah wisatawan biasa yang ingin mencoba nuansa baru dalam berlibur, dengan mengunjungi negara tropis seperti Indonesia. Bahkan dua mingggu yang lalu, mereka masih asik merayakan kemenangan negaranya menjuarai piala dunia 2018 di Kota Yogyakarta. Dua hari yang lalu, mereka masih berjemur santai di pantai Kuta Bali. Namun panggilan kemanusiaan bisa dihadirkan kapan saja kepada siapa saja, dan di mana saja.

Sebelum mengunjungi Bali, mereka sudah dulu berada di Pulau Lombok sebagai destinasi pilihan berlibur. Setelah muncul berita gempa yang menimpa Lombok bagian utara, mereka dianjurkan oleh pendamping wisata untuk meninggalkan Lombok agar berlibur ke Bali saja. Namun panggilan hati berkata lain.

“Saya masih bersantai di Bali dua hari yang lalu. Kami tahu berita bencana gempa di Lombok dari pendamping kami. Saya disuruh untuk berlibur saja di Bali, karena masalah keamanan,” ujar John disela kegiatan relawanya di Posko Utama Gempa Lombok Dompet Dhuafa.

“Banyak saudara kita di sana (Lombok Utara) yang sedang mengalami musibah gempa, menderita dan bingung. Kenapa saya malah bersantai menikmati pantai di sini?,” tambah John ketika menceritakan bagaimana awalnya dia bisa terpanggil.

John yang sehari-harinya bekerja sebagai guru SMA di Paris, akhirnya memutuskan untuk terjun langsung sebagai relawan di titik terawan, Lombok Utara. Bersama istrinya, Louise, dia memutuskan bergabung dengan tim relawan Dompet Dhuafa yang ada di Posko Utama di wlayah Tanjung, Lombok Utara. Walaupun banyak saran dan penolakan dari teman dan keluarga mengenai keputusan mereka, namun keputusan mereka tetap tulus.

“Banyak pesan masuk di Handphone saya dan Louise, banyak yang mempertanyakan keputusan saya, dan khawatir dengan kondisi kami nantinya,” terang Louise, yang sehari-hari juga berprofesi sebagai guru SD di Paris.

Di Lombok, mereka ikut terjun untuk menghibur masyarakat yang terdampak trauma. Banyak warga yang antusias dengan kehadiran ‘Bule’ di posko pengungsian. Selain itu, mereka juga ikut mengajar anak-anak yang ingin belajar Bahasa Inggris. (Dompet Dhuafa/Zul)