Kabut Asap, Meneror Kesehatan Warga

JAMBI – Matahari tak nampak menyinari langit di kawasan Jambi. Sumber cahaya terkuat di dunia tersebut tak menampakkan wujudnya. Hanya siang dan malam saja yang terjadi, tanpa pancaran sinar matahari. Di sepanjang waktu di siang hari, suasana seolah tak berganti dan tanpa siklus pagi, siang, sore.

Tak hanya rindu mentari, warga di Jambi juga rindu akan udara bersih. Sudah berjalan sekitar tiga bulan masyarakat Jambi bergelut dengan asap. Bahkan dari separuh akhir bulan Juli, Jambi mulai terselimuti kabut asap, walau kepekatannya tak separah akhir-akhir ini.

Lebih dari sebulan, Bandar Udara Sultan Thaha yang merupakan salah satu jembatan penghubung Jambi dengan kota-kota lainnya lumpuh. Keberangkatan jamaah haji dari Jambi pun dialihkan ke Palembang. Semua terjadi lantaran pekatnya kabut asap yang menyelimuti Jambi dan membahayakan penerbangan.

Selain itu, kesehatan menjadi lini terdampak paling besar di masyarakat. Batuk kering, dada sakit saat bernafas, serak di tenggorokan, mendominasi keluhan warga. Seperti yang ditemui tim Aksi Layanan Sehat (ALS) Dompet Dhuafa Jambi, di RT 01, Desa Kasang Kumpe, Kumpe Ulu, Muara Jambi. Di desa yang penduduknya bermata pencaharian sebagai kuli bangunan, sopir dan tukang ojek tersebut.

Banyak warga yang kini bermasalah “Sejak kemunculan kabut asap, kami di sini terus berupaya membantu masyarakat dalam kasus kabut asap ini. Penyuluhan kesehatan kepada anak SD dan SMP, serta  masyarakat dalam memahami bahaya asap baik jangka pendek maupun jangka panjang. Karena sebagian besar masyarakat tidak peduli dengan bahaya asap.

Padahal ini sangat bahaya sekali,” ungkap Ibnu Isnaeni, koordinator respon kabut asap sekaligus Pimpinan Dompet Dhuafa Jambi. Keresahan warga masyarakat terdampak kabut asap perlu mendapat perhatian serius dari kita semua, terutama pemerintah sebagai pemangku kebijakan. Mari kita bersama untuk membantu saudara kita #MelawanAsap. (Dompet Dhuafa/Taufan YN)