Kasih Ibu, Penawar Bagi Kesembuhan Buah Hatinya

Tak ada yang menandingi kesabaran seorang ibu ketika mengurus dan merawat kenakalan kita sewaktu kecil. Tak hanya itu, wanita hebat ini masih memainkan perannya sebagai orang yang selalu menjaga dan melindungi kita pada saat kita pun bisa merawat dan menjaga diri. Dibutuhkan atau tidak, sosoknya secara mutlak selalu menjadi yang utama dalam kehidupan.

Ya, sosok tersebut juga terdapat dalam diri Murni (43) seorang ibu asal Padang, Sumatera Barat, yang dengan setia menemani anak ketiganya bernama Fitriani (18), yang sedang sakit. Fitriani menderita penyakit Ameloblastoma yakni tumor jinak langka yang agresif yang tumbuh di di rahang dekat geraham.

Pertumbuhan ameloblastoma bermula dari sel-sel yang membentuk enamel lapisan pelindung pada gigi. Meski jinak, ameloblastoma dapat menjadi sangat agresif dan tumbuh menjadi tulang rahang yang menyebabkan pembengkakan dan nyeri. Sel ameloblastoma dapat menyebar ke area lain dari tubuh, seperti kelenjar getah bening di leher dan paru-paru. Ameloblastoma adalah jenis yang paling umum dari luka odontogenik.

“Terkadang dia meminta saya untuk mengajaknya pulang kerumah, karena derita sakitnya” ucap Murni ketika membuka percakapan pagi itu perihal semangat Fitriani untuk kesembuhannya.

Kondisi Fitriani mulai memburuk pada tahun 2015. Tumor yang dideritanya kian membesar. Putus asa tidak merundung Murni dan keluarga ketika itu. Meskipun suami, Mardison (50) hanya bekerja sebagai kuli serabutan dan dibantu oleh Murni sebagai penjahit serta menghidupi enam orang anak. Kondisi ini tidak membuat Murni patah semangat untuk menyembuhkan anak ketiganya.

Percakapan berlanjut dengan Murni (43) yang  berasal dari Padang mulai menceritakan semua perjalannya mengobati anak ketiganya Fitriani (18). Semua berawal dari bengkak yang diderita Fitriani ketika kelas empat SD (Sekolah Dasar). Ketika itu Fitriani sedang bermain dengan temannya dan pipi kanannya terbentur tiang hingga membiru. Menganggap hal ini masih terlihat wajar maka tidak perlu ada pehatian serius mengenai hal ini.

Namun pada 2010, bengkak yang dialami Fitriani mulai membesar dan menjalani pengobatan ke dokter hingga tahun 2013. Dengan berbagai diagnosi baik karena masalah gigi, peradangan dan permasalahan dijaringan.

Berbagai pengobatan alternative dilakukan oleh Fitraini “Dia semangat sekali untuk mencoba berbagai pengobatan alternative, meskipun hasilnya tidak terlihat” tambah Murni yang ketika itu meneteskan air mata.

Berkat guru SMA (Sekolah Menengah Atas) yang memberikan informasi kepada pihak Dompet Dhuafa yang berkantor di Padang, menceritakan kondisi Fitriani. Semenjak itu, semua tanggungan pembiayaan pengobatan Fitriani ditanggung Dompet Dhuafa. Pada Mei 2015 Fitriani mulai dirawat di RS Rumah Sehat Terpadu (RST) Dompet Dhuafa karena ia membutuhkan perawatan yang intensif dan peralatan yang memadai.

Fitriani sudah tiga kali keluar masuk RS RST Dompet Dhuafa dan ketika dipulangkan Murni dan Fitriani serta adik kecilnya yang ikut menemani, menempati shelter atau rumah singgah yang disedian RS RST Dompet Dhuafa untuk pasien yang bertempat tinggal jauh. Kini, Fitriani sedang menunggu keputusan dari salah satu rumah sakit besar di Jakarta untuk tindakan operasi pengangkatan tumor yang menggerogoti keceriaan masa mudanya.

Murni harus meninggalkan keempat anaknya dirumah bersama dengan sang suami. “Saya merindukan mereka dan mereka pun sama, namun doa mereka menemani saya saat ini ditempat ini” tutupnya ketika memperbaiki posisi tidur Fitriani.

Miris melihat nasib yang menimpa Murni dan keluarga. Namun tak hanya sebatas itu, perlu adanya yang tergerak dari raga ini untuk membantu ketika doa sudah terucap secara khusyu. Bantuan untuk Murni dan pasien lainnya dapat disalurkan melalui rekening BNI Syariah dengan nomor rekening 0298535912 atas nama Yayasan Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa. (RST DD/um)

 

Editor: Uyang