TANGERANG — Dompet Dhuafa bersama Istana Nelayan memberikan bantuan kepada adik-adik penyandang disabilitas di sekitaran Tangerang. Selasa (8/10/2019), menjadi awal dari bergulirnya program tersebut. Mereka memberikan bantuan sekaligus silahturahmi kepada dua adik penyandang disabilitas, yakni Mayang Puspita (12) dan Muhamad Reiza Febriansyah (14). Dengan memberikan masing-masing sebuah kursi roda untuk keduanya.
Melalui program Tunas Keluarga, Dompet Dhuafa dan Istana Nelayan menyasar adik-adik difabel dan menjadi tulang punggung keluarga. Sehingga bantuan yang bergulir dapat berbeda, menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.
“Bentuk bantuan sesuai dengan kebutuhan penerima manfaat. Karena untuk menunjang aktivitas keseharian masing-masing,” ujar Dian Sukma Riany, selaku Head of Strategic Corporate Partnership Dompet Dhuafa.
Muhammad Reiza Febriansyah misalnya, anak dari pasangan Bayu Triyono dan Reni Aryani. Sejak lahir ia menderita polio dan tidak dapat mendengar. Sehingga agak sulit untuk beraktivitas sehari-hari. Namun sejak kelahirannya di usia kesembilan bulan, Reiza mulai sering mengalami kejang-kejang.
“Sebelum sembilan bulan, ia semangat gitu lho. Tapi setelah Sembilan bulan sampai sekarang ya seperti ini,” ujar Mus, kakek Reiza.
Sehari-hari Reiza menghabiskan harinya di rumah yang berlokasi di Jl. Kamper Raya, No. 8, RT. 004/014, Cibodas Baru, Cibodas, Kabupaten Tangerang. Reiza sehari-hari berinteraksi bersama kakek dan neneknya, terutama ketika sang ayah dan ibu sedang sibuk bekerja. Namun ketika ada tamu yang datang kerumahnya, Reiza selalu senang.
“Itu kalau ada yang datang, Reiza senang banget. Ini aja kita kedatangan tamu (Dompet Dhuafa), ia senang banget. Biasanya lagi tidur siang, tapi ini terus terjaga dan gembira,” tambah Mus.
Sedangkan Mayang Puspita, kondisinya tidak jauh berbeda dengan Reiza. Namun kondisi Mayang sedikit lebih baik dibanding Reiza. Ia masih bisa duduk tegak dan mengenali wajah orang. Bahkan ketika ada orang lain yang menyentuh kursi roda barunya, ia selalu mengibaskan tangannya. Tanda untuk tidak boleh menyentuh kursi roda tersebut.
“Ia kalau ada yang sentuh kursi rodanya, suka marah,” jelas Siti Nurlaelah, ibunda Mayang.
Mayang anak kedua dari Siti Nurlaelah. Anak pertamanya tidak mengalami kelainan seperti Mayang. Maka ketika Mayang lahir, ayahnya langsung menceraikan istrinya dan tidak kembali lagi ke rumah. Namun suasana rumah yang berlokasi di Jl. KH. Agus Salim, Gg. Sawo 2, RT. 001/005 Desa Poris Plawad, Kecamatan Poris Plawad, Kabupaten Tangerang, menjadi tempat menyenangkan baginya. Pasalnya lokasi tersebut juga menjadi lokasi mengajar baca tulis Al-Qur’an oleh sang ibu. Jadi di rumah Mayang berfungsi juga sebagai Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA).
“Kalau ada yang lagi ngaji di sini. Ia suka lihatin, senang ia. Sekarang juga lagi senang itu. Buktinya dari tadi senyum-senyum mulu kan,” terang Siti Nurlaelah.
Harapannya melalui kegiatan tersebut, mampu memberikan semangat dan keceriaan bagi masing-masing penerima manfaat. Sehingga mereka selalu tabah dan sabar menghadapi segala macam cobaan, serta keterbatasan.
“Alhamdulillah kami dari Dompet Dhuafa bisa menjadi jembatan untuk sedikit membantu adik-adik berkebutuhan khusus yang membutuhkan. Meski mungkin tidak semua kebutuhan mereka bisa kita cover. Semoga bantuan yang kita salurkan dapat bermanfaat bagi mereka. Semoga semakin banyak mitra seperti Istana Nelayan yang turut andil menyisihkan hasil penjualannya untuk berbagi kepada sesama yang membutuhkan, seperti adik-adik ini,” tutup Dian Sukma. (Dompet Dhuafa/Fajar)