Kegiatan Produktif Di Zona Kebudayaan, Cara Dompet Dhuafa Peringati Hari Pahlawan

BOGOR — “Banyak cara untuk memperingati hari nasional. Salah satunya dengan cara yang produktif, rekreatif, komprehensif, dan solutif,” begitu ungkapan Parni Hadi, selaku inisiator, pendiri, sekaligus ketua pembina Dompet Dhuafa pada sambutannya di atas Panggung Pentas Kreativitas Zona Madina, Parung, Bogor, Minggu (10/11/2019).

Parni menghimbau para insan Dompet Dhuafa untuk selalu mengisi setiap hal dengan kegiatan posistif dan produktif. Terlebih dalam momen-momen besar, seperti peringatan hari pahlawan nasional. Di hari pahlawan kali ini, Dompet Dhuafa mengisi kegiatan produktif. Yaitu peluncuran rumah produksi Kopi Madaya dan peresmian “Panggung Pentas Kreativitas”. Menurut Parni Hadi, itu artinya, Dompet Dhuafa peduli terhadap kebangsaan.

“Dompet Dhuafa cinta dengan bangsa ini. Buktinya apa? kita peringati hari pahlawan dengan kegiatan yang produktif,” lanjut Parni.

Banyak cara dalam memperingati hari pahlawan, ada yang mengenang, mendoakan, melanjutkan serta mewujudkan cita mulia para pahlawan. Percuma jika hanya berpidato dan melantunkan do’a panjang-panjang di hari pahlawan. Namun tidak mewujudkan cita-cita luhur para pahlawan. Meneruskan perjuangan para pahlawan, salah satunya dengan mencintai kebudayaan.

Parni menegaskan, sebuah omong kosong jika hanya mengaku-ngaku pancasila, namun berkelakuan asusila. Budaya bukan hanya direpresentasikan dengan musik dan kesenian.

“No, budaya bukan hanya tentang kesenian. Budaya itu seluruh aspek kehidupan dan perilaku manusia. Mulai dari makan, minum, perkawinan, pengobatan, memimpin, berkomunikasi. Itu semua adalah budaya,” tegasnya.

Makna berbudaya adalah berprilaku, yaitu untuk bertahan hidup dan untuk meningkatkan kapasitas hidup. Bertahan hidup dengan survival di tengah-tengah masyarakat dan meningkatkan kapasitas hidup dengan etika dan estetika. Itulah budaya.

Sering kali orang terjebak, budaya diidentikkan dengan kesenian musik, tari-menari dan acara adat. Padahal ada hal yang lebih penting dari itu semua, yaitu tata krama. Begitu juga perpikir kreatif, kritis dan disiplin adalah hal terpenting dalam berbudaya.

“Jadi budaya bukan sekedar ande-ande lumut atau ogleng-ogleng wayang-wayangan saja. Itu hanya bagian kecil dari budaya. Perihal ande-ande lumut, banyak aspek yang mesti diperhatikan terkait value. Value adalah hal yang harus diperhatikan dari sebuah kesenian budaya. Cara berpakaian misalnya, kemudian nilai kebaikan, kejujuran dan kesucian,” terang Parni.

Namun, yang terjadi adalah jarang sekali ditemukannya masyarakat disiplin. Parni menyayangkan banyak masyarakat sekarang mengalami penurunan disiplin. Diceritakannya, pada suatu ketika ia pernah di luar negeri, di Jerman. Di sana ia sangat disiplin menyesuaikan kebiasaan di warga Jerman. Namun ia tidak lupa dengan budaya aslinya, yaitu budaya Jawa.

Meski demikian, Parni sangat mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan insan-insan Dompet Dhuafa di Hari Pahlawan. Baik dari acaranya, hingga cara berpakaian para penyelenggara dan pengisi acaranya.

“Hari ini saya lihat sangat bagus pakaian-pakaiannya rapi, sopan, menunjukkan budaya kita Indonesia yang luhur. Bukan hanya kita hormati, tapi juga kita wujudkan dan praktekkan pada kebiasaan sehari-hari. Tapi jangan hanya pakaiannya saja melainkan perilakunya juga harus baik dalam sehari-hari. Hari ini kita menjadi pahlawan dengan melakukan kegiatan produktif,” lanjutnya.

Para pahlawan masa dulu berhasil mengusir para penjajah asing. Kemudian apa yang bisa dilakukan seorang pahlawan pada masa sekarang. Parni mengatakan kita belum berhasil mengusir penjajahan ekonomi kemiskinan bagi kaum dhuafa. Orang dhuafa masih terus dijajah kemiskinan. Oleh karena itulah Dompet Dhuafa harus dan akan selalu tampil dengan pendekatan multi disiplin. Tujuannya adalah untuk membebaskan dhuafa Indonesia dari penjajahan kemiskinan. (Dompet Dhuafa/Muthohar)