Kekuatan Kebaikan Satukan Tiga Relawan Kebencanaan

JAKARTA — Di balik kerja kemanusiaan, di situ banyak terdapat urun andil besar dari para relawan. Banyak dari mereka rela meninggalkan beragam rutinitas untuk membantu sesama yang sedang tertimpa musibah. Tak sedikit pula yang mendobrak kenyamanan hingga melepaskan pekerjaan untuk hadir sebagai relawan, melayani para penyintas di pengungsian.

Seperti pengorbanan dari dokter relawan Dompet Dhuafa, yang berani melepas kenyamanan sebagai dokter di salah satu puskesmas, untuk berangkat ke medan bencana. Ya, ia adalah dr. Muhammad Syahrimal Ishak, yang kini resmi melayani para penyintas gempa dan tsunami di Palu, Donggala, dan Sigi, Sulawesi Tengah.

“Saya merasa ini adalah panggilan hati untuk menjadi relawan di kawasan bencana. Mungkin ini juga karena cinta, yang menguatkan terjun sebagai relawan. Bismillah,” ucap dr. Muhammad Syahrimal Ishak.

Seperti halnya dr. Imal, Absharina Izzaty, harus memilih dalam pergulatan hatinya. Beratnya meminta izin ke mertua, sedangkan di sisi lain ingin segera menangani trauma masyarakat di pengungsian, menjadi pergulatan hati baginya. Namun, kuatnya keinginan untuk menangani trauma pengungsi memenangkan pergulatan hati Izzat.

“Alhamdulillah akhirnya saya bisa berangkat sebagai relawan tim Psycological First Aid Dompet Dhuafa dengan beragam upaya izin, dan suami mengijinkan. Dari sanalah (Lombok), saya mendapatkan inside luar biasa bagi kehidupan. Itu yang menambah kebahagiaan saya, bisa berbagi dan bermanfaat untuk orang lain,” tutur Izzat, berkaca-kaca.

Di lain sisi, Narwan, salah satu tim respon Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa, harus meninggalkan istri tercintanya untuk membantu proses evakuasi korban gempabumi dan tsunami di Sulawesi Tengah. Pasalnya, Narwan baru saja menikahi istrinya, dua hari sebelum berangkat respon. Sebagai pengantin baru, tentu begitu berat rasanya meninggalkan sang pujaan hati, untuk mengevakuasi ratusan jenazah korban gempa, tsunami, dan likuifaksi di Palu, Donggala, dan Sigi, Sulawesi Tengah.

“Kamis pagi saya nikah, terus Jumatnya dapat kabar Palu gempa dan tsunami. Eh, Sabtu Subuhnya, saya sudah harus terbang kesana. Dibilang rindu ya pastilah, tapi alhamdulillah istri sudah memahami pekerjaan ini,” cerita Narwan.

Langkah-langkah kebaikan tersebutlah yang mempersatukan tekat kuat dari dr. Imal, Izzat, Narwan, dan juga ratusan bahkan ribuan relawan lainnya. Atas nama kemanusiaan, mereka bersatu membantu sesama. (Dompet Dhuafa/Taufan YN)