Kerja dan Sahur di Jalanan, Dompet Dhuafa Kejutkan Petugas Kebersihan dengan Parsel Ramadan (Bagian Satu)

YOGYAKARTA — Mentari baru saja mulai memencarkan sinarnya dari ufuk timur. Belum terasa hangatnya paparan mentari pagi itu, seorang pria berpakaian oranye terlihat mengayun-ayunkan sapu melibas daun-daun dan sampah di sepanjang jalan Brigjen Katamso, Yogyakarta. Sesaat kemudian, pria itu mendorong bak sampah beroda. Hari itu Selasa (12/4/2022) bertepatan dengan hari puasa (10 Ramadan 1443), saat orang-orang baru saja melakukan sahur, ia sudah berada di jalanan untuk menciptakan kenyamanan bagi para pengguna jalan.

Pukul 06.00 WIB lewat, geliat manusia dan kendaraan mulai berlalu lalang, pria itu masih saja dengan aktivitas yang sama. Pukul 07.00 WIB, waktu istirahatnya pun tiba, pria itu mengaku bernama Mujianto (33), tinggal di Dusun Tangkilan, Kelurahan Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Di rumahnya, ia tinggal bersama sang istri dan 3 (tiga) anak anaknya.

Mujianto sedang mengumpulkan sampah-sampah di Jalan Katamso, Yogyakarta, ke dalam bak sampah

Untuk menemui Mujianto sangatlah mudah. Setiap pagi, ia selalu berada di jalanan untuk melakukan kewajibannya membersihkan jalan. Kawasan yang menjadi tanggungjawabnya adalah sepanjang Jl. Katamso. Ia memastikan, selama 26 hari dalam sebulan ia selalu sana, atau 4 (empat) hari saja ia mendapatkan jatah untuk libur.

Mujianto mulai bekerja sebagai petugas kebersihan di Bantul sejak tahun 2018 hingga sekarang. Atau selama 4 tahun sudah dia menggantungkan kebutuhan keluarganya sebagai petugas kebersihan. Meski hanya digaji dengan nominal UMP yang menurutnya sebenarnya tidak cukup, nyatanya ia mampu menghidupi istri dan anak-anaknya. Meski begitu, perjuangannya tidak lah mudah. Harus dengan cermat ia dan sang istri mengatur segala bentuk kebutuhan keluarga. Apalagi salah satu anaknya masih balita yang memerlukan banyak kebutuhan. Dua anak lainnya berumur 7 (tujuh) tahun yang sedang menempuh pendidikan di Kelas 1 sekolah dasar dan anak berumur 4 (empat) tahun yang sedang asyik bermain di pendidikan anak usia dini.

Mujianto sedang mengumpulkan sampah-sampah di Jalan Katamso, Yogyakarta, ke dalam bak sampah

Banyak suka dan duka yang dialami Mujianto selama 4 (empat) tahun berlangsung sebagai petugas kebersihan. Hal yang sangat ia sayangkan adalah karena ia harus berangkat bekerja pagi-pagi buta, sehingga tidak sempat melihat anak-anaknya bangun apalagi mengantarnya berangkat ke sekolah.

“Saya kan kalau berangkat harus pagi-pagi, jadi tidak bisa antar anak ke sekolah,” keluhnya.

Mengenai pekerjaannya sebagai petugas kebersihan, ia sering kali menemui anak-anak atau pemuda-pemuda yang jahil kepada para petugas kebersihan. Kemudian yang membuatnya merasa tidak dihargai adalah ketika orang-orang yang naik motor sering seenaknya melempar sampah di jalan, bahkan di depan matanya saat sedang memunguti sampah.

Mujianto sedang mengumpulkan sampah-sampah di Jalan Katamso, Yogyakarta, ke dalam bak sampah

Sikap tidak sopan itu yang kerap ia keluhkan. Menurutnya, akan lebih baik apabila sampah disimpan saja terlebih dahulu hingga menemukan tempat sampah. Namun jika tidak nyaman menyimpan sampah, maka alangkah lebih sopan apabila orang itu izin dan permisi untuk membuang sampah.

“Padahal sudah disediakan tempat sampah. Atau mungkin kan bisa permisi kemudian nitip sekalian buang sampah. Kalau ada orang yang sopan seperti itu saya merasa senang dan dihargai,” tandasnya. (Dompet Dhuafa / Muthohar)