Kesehatan DD Move On, Dari Layanan Ke Promotif-Preventif

Meski hanya berlatar belakang ibu rumah tangga, Nurmila (38) tidak segan untuk terlibat menjadi kader sehat Dompet Dhuafa di Samarinda, Kalimantan Timur. Menjadi insan yang bermanfaat bagi sesama adalah motivasi utamanya.

Hampir setiap hari telepon genggam Nurmila dalam setahun terakhir tidak pernah berhenti berdering. Ada saja warga yang menelepon atau mengirim pesan singkat kepada Ibu tiga anak ini. Mayoritas pesannya sama: tidak jauh soal kesehatan.

“Itu mungkin karena saya kader sehat di Pos Sehat Berambai. Jadi, warga kalau ada keluhan penyakit atau nanya-nanya soal kesehatan ke saya. Tapi paling banyak sih datang ke rumah langsung,” ujar Nurmila.

Di Pos Sehat yang beralamat di Jalan Tembok Tengah RT 31 Berambai, Kelurahan Sempaja Utara, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda ini, Nurmila bersama tujuh kader sehat lainnya beraktivitas. Dua hari dalam sepekan, mereka melayani kesehatan warga sekitar Sempaja Utara yang kurang mampu.

Namun, aktivitas mereka tidak sebatas di Pos Sehat. Mereka turut aktif mendatangi warga dalam rangka mensosialisasikan hidup sehat agar tidak mudah terserang penyakit. “Kami biasanya masuk di majelis-majelis taklim dan pengajian-pengajian. Kami lakukan aktivitas promotif-preventif kesehatan di sana,”ujarnya.

Mereka pun aktif mendata penyakit apa yang sedang mewabah dalam sepekan terakhir. Setiap kader bertanggung jawab di setiap wilayah yang telah dibagi. Mereka door to door melakukan survei. Hasil dari data tersebut, kata Nurmila, berguna dalam rujukan aktivitas promotif-preventif kesehatan yang akan dilaksanakan.

Nurmala memang tidak memiliki latar belakang di bidang kesehatan. Ia hanya seorang ibu rumah tangga. Tapi semangat berbagi dan menolong sesama membuatnya terdorong mengikuti seleksi kader sehat yang diadakan Dompet Dhuafa setahun lalu.

“Melalui serangkaian tes seperti tulis dan wawancara, saya terpilih dari 70an yang mendaftar. Bagaimana agar saya bisa berguna bagi masyarakat mungkin dengan menjadi salah satu kader sehat ini,” jelasnya.

Semangat senada juga dirasakan Dina Afriana (28) di Sumatera Selatan. Ia terdorong membantu sesama dengan menjadi kader sehat di Pos Sehat Al Muhajirin di Desa Sumber Makmur, Kecamatan Muara Padang Jalur 20 Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Perempuan yang berprofesi sebagai bidan ini menuturkan, dirinya sebisa mungkin bermanfaat bagi sesama. Bagi Dina, membantu orang tidak harus selalu dengan uang, tetapi bisa dengan apapun termasuk ilmu yang dimiliki. “Ilmu kita untuk apa? Tentu saja harus bisa digunakan untuk bisa menolong orang lain,” jelas perempuan yang telah menjadi bidan sejak 2008 ini.

Berbagai pengalaman suka dan duka ia alami sebagai kader sehat. Menempuh perjalanan yang jauh untuk mengantar pasien untuk dirujuk ke Palembang akrab dilakukan Dina. Bahkan pernah suatu waktu, saat ia mengantar pasien melalui jalur sungai, speed boat yang digunakan terbalik. Beruntung, semua penumpang selamat.

Berbagai pengalaman tersebut ia sikapi sebagai bumbu perjuangan dalam rangka menjadi pribadi yang bermanfaat. Bagi Dina dan Nurmila, Pos Sehat yang kini berjumlah 26 di 14 kota di 8 provinsi ini adalah salah satu ikhtiar dalam mengkampanyekan hidup sehat di masyarakat. Kehadiran layanan kesehatan yang tidak hanya sekedar kuratif namun juga mengedukasi masyarakat agar hidup sehat layak untuk diperbanyak.

Sehat untuk semua

 

Pos Sehat merupakan salah satu instrumen yang dimiliki tim Kesehatan Dompet Dhuafa dalam menggalakkan pola hidup sehat. Dengan filosofi kemitraan dan pemberdayaan, Dompet Dhuafa membangun Pos Sehat yang berfokus pada pemberdayaan kader sehat. Ia menghadirkan pendayagunaan potensi masyarakat yang selama ini coba diraih.

Paradigma program kesehatan Dompet Dhuafa melalui Pos Sehat ini tidak hanya sekadar kuratif, bahkan lebih menekankan pada aktivitas promotif dan preventif kesehatan. Deputi Direktur Program Kesehatan Dompet Dhuafa Bambang Suherman menuturkan, prasyarat aktivitas layanan kuratif dua hari dalam sepekan tidak lagi menjadi mutlak untuk setiap pos sehat yang ditumbuhkan di setiap kawasan.

“Masyarakat diajak untuk memunculkan kebutuhannya bisa dengan berkelompok untuk mengundang tenaga penyuluh tentang kesehatan tertentu,” terang Bambang. Layanan berbasis kawasan, dijadikan instrumen kesehatan yang lebih membumi. “Ia muncul di dalam komunitas-komunitas masyarakat. Lahir bisa atas inisiatif Dompet Dhuafa, bisa juga request (permintaan) masyarakat dengan proses mutualis,” ungkapnya.

Selain terwujudnya masyarakat yang sehat, peduli, dan tanggap terhadap masalah kesehatan, Pos Sehat juga memiliki tujuan menghadirkan sebuah data kesehatan di setiap kawasan. Data-data tersebut dapat berupa Peta Sehat Kawasan, Data Aktifitas dan tools kesehatan termasuk best practice yang dapat di-share untuk kepentingan publik yang lebih luas.

“Informasi tentang jenis suatu penyakit yang beredar dan dalam rentang usia berapa pasien mengidap penyakit tersebut hingga gejala sebaran epidemik dapat dihadirkan secara berkala sesuai kepentingannya. Concern inilah yang akan melahirkan gerakan, dalam istilah saya getok tular, yang berkembang menjadi kepedulian bersama,” jelas Bambang.

Dalam rencana lima tahun ke depan, Divisi Kesehatan Dompet Dhuafa memiliki beberapa target di antaranya membentuk komunitas sehat berbasis kampung miskin, masjid & majelis taklim, sekolah, dll. Ini dalam rangka mengajak semua pihak terlibat dalam gerakan “Sehat untuk Semua”. Produk-produk dari target tersebut antara lain semakin meningkatnya relawan baik dari umum maupun spesialis (dokter, psikolog, profesional bisnis, akademisi), web interaktif, dan penelitian dan pengembangan Kesehatan.

Hal lain adalah menempatkan Dompet Dhuafa sebagai mitra strategis pemerintah di bidang kesehatan. Salah satunya adalah bisa menjadi mitra pengembangan puskesmas di seluruh Indonesia.

Di era Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan saat ini, Dompet Dhuafa berfokus di aspek perubahan perilaku sehat. Dengan demikian, layanan kesehatan tidak melulu bertumpu pada aksi kuratif.

Semoga masyarakat terinspirasi untuk mengelola kesehatannya sehingga menjadi lebih produktif dan kuat. Dengan tidak harus mengeluarkan biaya untuk mengobati penyakit, minimal akan saving biaya kesehatan. Semoga. (gie)