TANGERANG SELATAN — Hampir setiap orang tua mendambakan agar anaknya mendapatkan kesuksesan di kemudian hari. Baik kesuksesan dari sisi materi, kepribadian, dan spiritual. Tak terkecuali dengan pasangan Salman (48) dan Erma Yenita (39). Pasutri asal Sumatera Barat ini, rela hijrah dari kampung halaman menuju kota metropolitan. Semua demi meraih pendidikan yang berkualitas dan mewujudkan mimpi ke kehidupan yang lebih baik.
Berbekal keterampilan dagang ala Minang, Salman dan keluarga memberanikan diri merantau ke ibukota dengan modal minim. Pindah-pindah kontrakan dan tempat usaha akibat penertiban kota merupakan asam garam kehidupan, yang terasa getir mereka rasakan dalam perjalanan hijrahnya. Namun tak terasa sudah tujuh tahun Salman dan keluarga tinggal di Jakarta dan kini menetap di Jl. Surya Kencana, Pamulang Barat, Pamulang, Tangerang Selatan.
Selama itu pula, Salman dengan mudah memberikan pendidikan terbaik bagi ketiga anaknya, Yogi (21), Asyraf (16), dan Difa (10). Terlebih kini si sulung sedang menempuh pendidikan di Sekolah Dinas Pemerintahan Dalam Negeri. Kendala mulai terasa tatkala menderita sakit ginjal, hingga harus bolak-balik ke Rumah Sakit, dan kini menjalani rawat jalan secara intensif.
“Dulu waktu saya sehat, dagang bisa sampai sore. Sekarang pagi sampai siang saja udah terasa lelah,” ungkap Salman.
Melihat sang suami sedikit tak berdaya, Erma berusaha dengan sekuat tenaga mengambil peran sebagai orang yang memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Meski Salman merasa masih kuat menjalani. Tetapi dengan kesadaran penuh Erma meminta kepada sang suami untuk dapat menjaga kesehatan dan membatasi aktivitasnya. Setiap pagi Erma rutin pergi ke pasar tumph di daerah Pamulang pukul lima pagi, dan pulang pada siang hari. Dilanjutkan pada sore hari ia belanja ke pasar untuk kebutuhan dagang esok hari.
Usaha ketupat sayur dan kue basah Erma tak bisa dikatakan mulus. Hampir setiap hari selalu saja oknum dan preman yang meminta jatah keamanan dengan nominal berbeda kepada para pedagang. Sehingga membuat pengeluaran mereka sebagai pedagang menjadi tak menentu. Tentu ini merupakan pekerjaan rumah bagi Pemerintah Daerah untuk melindungi pedagang kecil dan menciptakan kondisi yang nyaman bagi pelaku usaha kecil dan menengah.
Kesulitan ekonomi mulai terasa menjangkiti kondisi keuangan keluarga mereka. Terpaksa menggunakan jasa rentenir untuk menutupi biaya hidup dan berobat suami. Para rentenir yang “berseliweran” di tempat usaha mereka, membuat Salman dan Erma tak berpikir panjang dan tergiur mengambilnya.
Pemenuhan kebutuhan kesehatan merupakan satu kerentanan bagi keluarga Salman yang tergolong masyarakat ekonomi kelas bawah. Tak terasa hingga hutang mereka terus membesar dengan jumlah iuran perhari mencapai Rp. 300.000. Akibat hutang tersebut, usaha Erma sempat terhenti, iuran sekolah dua anaknya tak sempat terbayar, sewa rumah pun menunggak.
“Saya tobat mas pinjam sama Rentenir lagi. Benar-benar gak ada habisnya,” ujar wanita paruh baya yang pandai membuat kue Pariaman ini.
Mengetahui informasi soal kesulitan yang tengah mereka hadapi, LPM Dompet Dhuafa menggulirkan program “Keluarga Tangguh” untuk membantu modal usaha mereka agar kembali berjalan dan hutang mereka sedikit demi sedikit terselesaikan.
Sehari pasca bantuan diberikan, Erma sudah kembali berjualan ketupat sayur dan kue basah khas Padang. Ibu tiga anak ini berharap dengan bantuan tersebut pengobatan rawat jalan suami dapat berjalan lancar seperti sedia kala, dan dapat menopang usaha yang sedang ia jalankan.
“Terima Kasih kepada Dompet Dhuafa atas bantuan yang diberikan. Semoga saya dapat mewujudkan impian sebagai orang tua, agar anak dapat sekolah tinggi dan sukses dunia akhirat,” ucap Erma seraya berharap. (Dompet Dhuafa/Rifky Reynaldi LPM)