CARINGIN, BOGOR — Ialah Heni Sri Sundani ‘Jaladara’, yang menyadari betapa pentingnya pendidikan untuk dimiliki, karena ia yakin bahwa pendidikan adalah salah satu akses untuk memutus kemiskinan. Ia menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) selama enam tahun (2005-2011) di Hongkong dan aktif di berbagai kegiatan juga organisasi Buruh Migran Indonesia (BMI) dan pada tahun 2009 bergabung menjadi relawan Dompet Dhuafa cabang Hongkong. Hal ini ia jalani demi tujuan kebaikan dan kepeduliannya, menjadi salah satu jembatan untuk berinteraksi dan membantu kawan-kawan TKI yang mengalami masalah. Ia memilih ‘Jaladara’ (nama salah satu kereta api kuno di Solo) sebagai ‘nama pena’ saat ia membuat sejumlah tulisan untuk karya tulisnya saat menjadi TKI di Hongkong.
Terinspirasi dari ketakutan kisah hidupnya sendiri, menjadi energi yang besar untuk berjuang mengubah kondisi yang ada. Dengan sederhana, Heni mengubah dan memiliki pemikiran baru bahwa ia harus sekolah. Kini, ia adalah seorang lulusan S1 Enterpreneur Management, Saint Mary Hongkong, S2 Jurusan Manajemen Pemasaran, STIE Bumi Putra Jakarta. Heni ‘Jaladara’ hanya seorang anak petani broken home yang mencoba terus bergerak mencerdaskan anak-anak petani lainnya melalui yayasan dan komunitas yang ia dirikan yaitu Empowering Indonesia (EmpoweringIn) Foundation dan AgroEdu Jampang Community. Berbasis program edukasi dan kesehatan bagi masyarakat di pedesaan khususnya petani. “Saya memberi bukan karena memiliki banyak, tetapi karena saya pernah merasakan tidak memiliki apa-apa”, ungkap Heni pada tim Dompet Dhuafa yang ditemui pada Jum’at (12/1).
Melalui gerakan komunitas tersebut, perempuan asal Ciamis ini berupaya mewadahi para petani dan keluarganya dengan ragam program, terutama membantu memberdayakan keluarga petani dalam bentuk pendidikan luar sekolah secara gratis. Pun ia mengadakan program yang mendatangkan pihak luar, seperti para wisatawan asing juga pelajar dan mahasiswa diundang untuk magang sehingga terjadi interaksi dan saling belajar di antara mereka. Program ini juga menjadikan paket wisata daerah eksotis bagi pendatang. Membantu keluarga petani lebih berdaya dan membuka wawasan menjadi lebih luas sehingga mereka makin termotivasi dan terinspirasi untuk memberikan pendidikan sekolah anak-anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Melaksanakan program baru dengan cara lama, melalui pendekatan secara holistic kepada masyarakat sekitar. Ada program Anak Petani Cerdas yang diikuti oleh lebih dari 1.500 anak, edukasi dengan para relawan, Kelas Memasak bersama Ibu, Kelas Majelis Ta’lim Ayah Bunda (parenting class), dan Kelas Pengajian Sehat (Edukasi Kesehatan). Juga pengobatan gratis dan Kelas Ibu Hamil yang bekerjasama dengan Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa.
Dompet Dhuafa juga akan menginisiasi sebuah kegiatan jambore bertajuk ‘Keluarga Migran Indonesia’ di Yogyakarta pada awal Februari 2018 mendatang. Mengundang teman-teman Buruh Migran Indonesia, para pejabat pemerintahan, dan para relawan. Tim Advokasi Dompet Dhuafa, Nursalim, mengatakan, ”Tema jambore yang akan diadakan ini ingin lebih membangun perlindungan, dengan motto berbagi, berkarya, dan berdaya”. Pun Dompet Dhuafa sangat serius sekali dalam menangani hal ini, terlihat dalam beberapa kali melakukan pendampingan advokasi bagi para buruh migran Indonesia. “InshaAllah akan hadir ‘Jaladara’ yang lain. Dan setelah acara jambore ini berlangsung harapannya juga akan membentuk ‘Jaladara-jaladara’ yang lain dengan kisahnya masing-masing”, lanjut Nursalim. (Dompet Dhuafa/Dhika Prabowo)