Kisah Jamal: Tetap Aktif Jadi Supporter Jak Fals Sembari Berjualan Baju

BOGOR — Jamal (38), tengah asik menikmati secangkir kopi hangat bersama kawan-kawannya di Lembur Kuring and Sea Food Parung, Bogor, pada Sabtu (2/11/2019) lalu. Mereka terlihat akrab dan ramah satu sama lain. Seperti ada semacam nuansa kekeluargaan di sana.

Jamal dan kawan lainnya di sana, merupakan penerima manfaat dari program “Harapan di Langkah Baru”. Sebuah program donasi kaki palsu atas sinergi Adira Insurance Syariah dan Dompet Dhuafa. Barangkali itulah yang merekatkan mereka satu sama lain. Sebagai sesama penerima manfaat. Mereka memiliki kondisi dan pengalaman yang tidak berbeda jauh. Yang membuat mereka jauh lebih memahami diri masing-masing ketimbang orang lainnya.

“Prinsip saya, apapun yang Allah kasih, ya syukuri saja. Kena musibah atau nggak. Kita harus tetap bersyukur. Ingat, Allah pasti kasih jalannya,” ujar Jamal.

Tepatnya di 1997, ia kehilangan kaki ketika sedang berada di dalam kereta. Sempat dirawat dan diobati. Namun bertambah buruk lantaran luka yang baru saja dirawat terbuka lagi secara tidak sengaja “tersentuh” oleh dirinya sendiri. Akhirnya kaki beliau harus diamputasi.

“Waktu itu seperti kemasukan setan budeg. Bengong terus jatuh. Makanya mas, jangan lupa berdoa kalau mau berpergian,” jelas Jamal, sambil menikmati kembali kopi hangatnya.

Dengan kondisi kaki demikian. Tidak menutup semangat Jamal untuk bergelut dalam aktivitasnya selama ini. Sudah tidak terhitung berapa kali menonton langsung pertandingan klub sepak bola Persija yang ia idamkan. Tidak sedikit pula konser Iwan Fals yang tidak ia lewatkan. Sehingga ia terkenal bukan dengan sebutan nama aslinya.

“Saya bareng Jak Fals sudah ke mana-mana nonton langsung mereka. Bukti kecintaan saya terhadap mereka (Persija dan Iwan Fals). Nih lihat fotonya, waktu saya sama Mas Iwan. Teman saya sudah di mana-mana. Kalau Mas, bilang Matlau Tongkat, semua Jak Fals pasti kenal. Soalnya dulu sempat pakai tongkat,” tambah Jamal.

Sekarang ia sudah memulai usaha baju yang digalakan secara daring. Sistemnya lebih pada pre-order ketimbang ready stock. Ia memberikan modal dan desain. Lalu kawan lainnya yang melakukan sisanya.

“Kebanyakan transaksinya ketemu langsung. Alias COD(cash on delivery). Walaupun ada yang saya paketin juga. Tapi ya hitung-hitung silaturahmi sambil cari pelanggan. Jadinya lebih sering ketemu langsung,” lanjut Jamal.

Jamal juga mengungkapkan, ”Kenapa saya berani COD? Karena prinsip saya cuma Allah yang jaga. Jadi buat teman-teman yang punya kekuarangan, yakin saja. Kita dalam hidup nggak bawa apa-apa. Kecuali amal ibadah. Jadi kita jangan minder dan takut. Kalau bisa kita yang harus beri manfaat untuk orang banyak”. (Dompet Dhuafa/Fajar)