JAKARTA — Siapa yang ingin menjadi orang tua tunggal atau single parent bagi anak-anaknya? Tentu tidak ada. Namun hal tersebut harus rela dijalani oleh Kuswati, seorang wanita berusia 50 tahun yang akrab disapa Neng.
Untuk menutupi kebutuhannya, Neng membuka usaha catering yang pelanggannya adalah karyawan-karyawan pabrik. Warga asli Kelurahan Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara ini merupakan sosok pahlawan tanpa gelar bagi anak-anaknya, dan juga bagi para single parent yang berada di sekitarnya.
Meski tak mendapat pengakuan formal dalam bentuk gelar, namun keberanian dan tekad Neng dalam mengemban amanah sebagai satu-satunya tulang punggung keluarga menjadi bukti nyata kepahlawanan.
“Ya walaupun ini usaha kecil, insyaallah aku berusaha mengajak mereka tetangga, saudara, teman yang membutuhkan pekerjaan. Ya walaupun kecil, yang penting bisa untuk makan,” terang Neng.
Selama 20 tahun lebih Neng telah menjalani usaha dari pabrik ke pabrik, baik berjualan di kantin pabrik besar hingga pabrik kecil. Ia pun pernah melewati masa jayanya saat menyajikan makanan untuk sebuah pabrik besar dengan 1.000 karyawan.
Pasang surut kehidupan juga telah Neng lewati, dan masa tersulitnya jatuh saat dunia diterjang pandemi Covid-19. Kala itu, Neng berjuang melakukan apa pun untuk bisa memiliki penghasilan. Mulai dari berjualan gorengan hingga menjadi tukang ojek rela ia tekuni.
BAca juga: Susriwati: Anak-anak Pasti Senang Saat Makan Malam Pakai Lauk Daging
Saat ini, Neng biasa menyajikan makanan catering untuk karyawan pabrik yang kurang lebih berjumlah 40 porsi untuk sarapan dan makan siang. Neng bersama adik dan adik iparnya memasak serta menyajikan menu sesuai pesanan, dari mulai nasi goreng, nasi uduk, pepes, ikan tongkol balado, hingga es teh manis. Ia juga terus berikhtiar menjalankan usahanya demi membantu saudara yang senasib dengannya, yakni single parent.
Dengan penuh kasih sayang, resiliensi, dan tekun, Neng membuktikan bahwa kekuatan sejati tidak selalu terukur dari prestasi akademis atau pencapaian karier, melainkan dari kemampuan untuk menghadapi tantangan kehidupan dengan integritas dan keberanian. Ia memberikan inspirasi tentang bagaimana seorang individu dapat menjadi sumber kebahagiaan dan keteladanan bagi keluarga mereka dan orang sekitarnya.
“Penginnya ke depannya bisa ada cateringan yang besar lagi, biar bisa mempekerjakan lebih banyak lagi saudara, tetangga, dan orang-orang yang membutuhkan,” tutur Neng.
Diketahui, Neng menjual satu porsi menu makanannya dengan kisaran harga Rp13—15 ribu. Semua makanan ia masak di rumah, kemudian baru makanan itu diantar ke pabrik saat jam makan. Sebab, Neng tak sanggup untuk menyewa tempat untuk membuka kantin.
Melihat harga bahan-bahan masakan makin tinggi, terkadang Neng hanya mendapat sedikit keuntungan. Meski begitu, ia terus konsisten menggeluti usaganya demi memenuhi kebutuhan rumah dan anak terakhirnya yang masih sekolah.
“Kalau sekarang apa-apa mahal, jadi kita tidak bisa hanya berpangku tangan saja, ya kita bareng-bareng usaha,” pesan Neng.
Berkat gigihnya semangat Ibu Neng dan Teh Rani dalam usaha dan merangkul saudara serta tetangganya, di Moment Hari Pahlawan Lembaga Pelayan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa memberikan apresiasi bagi mereka. Apresiasi tersebut berbentuk paket sembako untuk memenuhi kebutuhan dapur Ibu Neng dan Teh Rani. Selain itu, LPM juga memberikan tambahan upah di hari itu untuk mereka yang sudah ikut membantu usahanya. (Dompet Dhuafa/LPM/Ray/Anndini)