BEKASI — Usianya memang tak lagi muda, tenaganya pun tak sekuat dulu. Tapi siapa yang menyangka, di balik itu semua, Nenek Muslimah (83), merupakan tulang punggung kehidupan bagi empat orang cucunya yang berstatus yatim piatu. Dua anak Muslimah, Yanto dan Aan Ratnawati, telah meninggal dunia beberapa tahun lalu, dan kemudian menjadikan Muslimah sebagai orang tua bagi keempat cucunya tersebut.
Keempat cucu Muslimah, Rizki (14), Salsa (12), dan si kembar, Ibrahim (6) dan Zahra (6). Mereka semua masih mengenyam pendidikan dan masih memerlukan biaya hidup dan pendidikan yang tak sedikit. Walau begitu, Muslimah pantang menyerah dan tetap berusaha dengan segenap kemampuan yang ia punya. Beban Muslimah sedikit berkurang karena si kembar, Ibrahim dan Zahra, sedang menjalani masa pra pendidikan di sebuah Pondok Pesantren yang menggratiskan biaya. Karena status mereka seorang yatim piatu. Selebihnya, Muslimah harus berjuang lebih keras lagi untuk menyekolahkan dua cucu lainnya.
Demi menafkahi kehidupan mereka, Muslimah bekerja sebagai pedagang makanan lauk matang dan gorengan dengan cara berkeliling. Setiap menjelang subuh, Muslimah sudah sibuk mempersiapkan dagangannya untuk para pelanggan yang ada di komplek perumahan atau pun sekitar jalan raya. Tepat pada pukul enam pagi Muslimah sudah mulai berjalan dari kediamannya di Kebon Kelapa Rt.05/03, Tambun, Tambun Selatan, Bekasi, menuju pusat keramaian.
Berdagang keliling bukannya tanpa resiko bagi Muslimah, usia yang sudah menginjak kepala delapan, adalah sebuah usia yang mudah lelah dan sangat rentan terkena penyakit. Terlebih ia juga sering mengeluhkan sakit di kaki meski belum jauh berjalan. Walau begitu ia tetap bersyukur dengan apa yang ia dapat. Jika sedang beruntung Muslimah bisa meraup keuntungan bersih mencapai Rp. 100.000, namun jika sedang sepi pembeli, Muslimah hanya bisa mengantongi uang Rp. 50.000.
“Alhamdulillah biar kata untung cuma sedikit, kita masih dapat makan untuk sehari-hari. Yang penting saya sama cucu saya udah bisa makan, udah bersyukur banget,” ujar Muslimah dengan penuh rasa syukur.
Meski hanya menghasilkan uang yang tak besar. Muslimah tak merasa orang paling malang di dunia. Ia merasa banyak orang yang sangat menaruh perhatian pada Muslimah dan keluarga. Muslimah mengaku selama ini banyak yang telah membantu dan berkontribusi kepada keluarga kecilnya, berapapun. Seperti halnya tetangga yang telah meminjamkan kompor gasnya untuk ia bisa memasak.
Dukungan dan perhatian dari para tetangga sekitar, kian meneguhkan tekad dan usaha Muslimah agar bisa terus berjuang membesarkan mereka para cucunya. Di benak Muslimah hanya tergambar harapan bahwa kelak, mereka akan sukses dalam kehidupannya dan bermanfaat bagi orang lain yang senasib dengan mereka. Tak pernah Muslimah berharap mereka membalas apa yang telah ia lakukan demi mereka. Melihat mereka pintar dan sukses sudah merupakan kebahagiaan terbesar baginya.
“Setiap hari di setiap sholat, saya berdoa sama Allah, supaya cucu-cucu saya dapat bersekolah tinggi dan jadi orang yang berhasil,” ucap Muslimah, dengan getaran suara dan air mata yang coba ia tahan.
Begitu ikhlasnya usaha yang dilakukan Muslimah, sampai-sampai ia tak ingin menyusahkan cucu-cucunya untuk membantunya berjualan. Bagi Muslimah, yang terpenting bagi mereka adalah belajar dan ibadah. Sebab dengan kedua hal itulah, mereka akan mencapai apa yang mereka cita-citakan.
Melihat perjuangan Muslimah yang begitu keras dan sangat tulus, Dompet Dhuafa berusaha merealisasikan keinginan Muslimah untuk memiliki tempat usaha dan peralatan masak sendiri. Selama ini ia mengaku masih meminjam kompor gas tetangga. Selain itu, Dompet Dhuafa juga akan berikhtiar membantu pendidikan cucu muslimah agar mereka terus bersekolah.
“Terima kasih buat semua pihak yang sudah membantu saya. Bantuan ini sangat bermanfaat buat saya dan keluarga. Semoga Allah balas dengan kebaikan yang berlipat ganda,” Ujar Muslimah. (Dompet Dhuafa/Rifky LPM)