Kisah Pemberdayaan Dompet Dhuafa: Selain Tingkatkan Usaha, Rumini Rasakan Semangat Kebersamaan

Oleh: Gie

Hari beranjak petang saat itu. Warung kecil berbahan bambu dan kayu itu mulai beroperasi. Beragam makanan dan minuman jajanan pasar gegap tertata dan tersaji rapi. Di depan warung, kain berukuran sedang terbentang bertuliskan “Warung Ibu Rumini”.

Sesuai namanya, warung tersebut milik Rumini (45). Rumini adalah salah satu pedagang mikro di wilayah Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, Jawa Tengah. Ia merupakan penerima manfaat program pemberdayaan ekonomi Kelompok Pedagang Makanan Sehat (KPMS) Dompet Dhuafa.

“Warung saya memang buka mulai petang sampai malam. Biasanya maksimal sampai jam 10 malam. Yang beli warga sekitar sini. Alhamdulillah lewat warung ini menghidupi keluarga,” ujar Rumini.

Lewat warung sederhana tersebut, Rumini dapat membantu pemasukan keluarga. Sebab, suami Rumini sudah lama tidak memiliki pekerjaan tetap dan hanya mengandalkan kerja serabutan yang tak pasti.

Rumini mengatakan, sejak menjadi salah satu penerima manfaat pemberdayaan ekonomi KPMS Dompet Dhuafa, ia dapat mengembangkan warungnya. Bantuan modal yang didapat ia gunakan untuk menambah barang dagangan dan peralatan penunjang usaha.

“Saya juga beli etalase kemudian kulkas untuk jual minuman dingin. Sebelumnya memang tidak punya kulkas. Sekarang kalau ada yang ingin beli minuman dingin jadi bisa,” ungkap Ibu dua anak ini.

Ia bersyukur menjadi bagian program pemberdayaan Dompet Dhuafa di Semarang. Alasannya, selain meningkatkan usaha, Rumini mendapatkan banyak manfaat lain dari program. Salah satunya adalah semangat kebersamaan.

Sebagaimana program pemberdayaan Dompet Dhuafa lainnya, program KPMS menggunakan konsep pengembangan usaha masyarakat (kelompok) atau community development. Sejak tahun 2000, Dompet Dhuafa telah mengembangkan perpaduan model community development dan mikrofinansial syariah.

Dana sosial yang disalurkan untuk komunitas-komunitas kurang berdaya seperti KPMS di Semarang, dipercayakan sepenuhnya pada komunitas sebagai asset reform. Di sinilah peran model community development. Komunitas dibangun, dilejitkan potensi dan energinya agar lebih berdaya. Berswadaya.

Proses pemberdayaan dilakukan dengan pendampingan. Seorang pendamping dilibatkan di tengah-tengah masyarakat dampingan bertahun-tahun. Pendamping melakukan berbagai aktivitas untuk menguatkan kapastias, dari intelektual, material sampai manajerial penerima manfaat.

Dengana adanya kelompok tersebut, Rumini merasakan manfaat kekeluargaan. Ia dapat mengenal para pelaku usaha serupa seperti dirinya. Mereka pun berbagi pengalaman dan bahkan saling membantu satu sama lain.

“Ikut program ini jadi kenal dengan teman-teman lainnya yang tadinya tidak kenal sama sekali. Baru pertama saya ikut program seperti ini. Ada pelatihan-pelatihannya juga,” terangnya.

Semangat untuk maju pun kian menggelora di dalam dada Rumini. Ia ingin usahanya kian maju. Terlebih, ia memiliki kemampuan dalam membuat beragam kue. Kemampuan tersebut ia peroleh saat menjadi buruh di pabrik roti selama 15 tahun.

“Selain warung, Alhamdulillah saya juga sering diminta bikin kue kalau ada acara-acara seperti hajatan. Semoga semakin berkembang dan besar,” harap Rumini.

Sejak tahun 2012, Dompet Dhuafa telah melakukan pembinaan kepada para pedagang jajanan makanan seperti Rumini. Tujuan program adalah meningkatkan pengetahuan tentang keamanan makanan dan pendapatan pedagang.

Program dilatarbelakangi maraknya isu makanan jajanan yang tidak sehat menjadikan keprihatinan banyak pihak. Praktik-praktik penambahan bahan makanan berbahaya menjadi seperti hal biasa di kalangan masyarakat awam. Tidak sedikit warung dengan bebas menjual bahan-bahan tersebut tanpa pengawasan.

Karenanya, diperlukan edukasi kepada para pedagang untuk dapat membuat dan menjual bahan makanan yang sehat. Perlu kepedulian multistakeholder untuk mewujudkannya. Tidak hanya sekedar penyuluhan, tetapi juga perlu pendekatan yang intensif.

Program KPMS Dompet Dhuafa ini digealr di tiga lokasi yaitu di Semarang-Jawa Tengah, Tangerang Selatan-Banten dan Makasar-Sulawesi Selatan.