BANJARNEGARA –Sebanyak 26 Kepala Keluarga korban longor Dusun Prigi, Desa Kalitlaga, Kecamatan Pagentan empat tahun silam tepatnya pada April 2011 baru saja direlokasi tahun ini. Mereka mendapatkan hunian semi tetap bantuan dari pemerintah daerah setempat.
Tempat relokasi yang masih berada di Desa Kalitlaga tersebut ternyata minim sarana dan prasarana. Salah satu sarana yang mendeak dibangun adalah saranan sanitasi berupa tempat mandi cuci kakus (MCK).
Masih segar dalam memori kita akan longsor pada akhir tahun 2014 lalu yang menimpa warga Dusun Jemblung, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara. Kehilangan jiwa, harta dan kerugian lainnya yang jumlahnya tidak sedikit. Seluruh rakyat Indonesia berduka dan bersimpati atas tragedi ini. Bantuan ke jemblung mengalir deras sebagai bentuk kepedulian. Kini, sebagian korban masih di pengungsian, sebagian ikut sanak kerabat yang masih hidup.
Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang dalam catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara masuk dalam zona merah pergerakan tanah dan longsor. Beberapa tragedi longsor yang menimbulkan banyak korban jiwa seperti longsor desa Sijeruk tahun 2004 dan longsor Dusun Jemblung tahun 2014.
Namun demikian, longsor-longsor yang tidak menimbulkan korban jiwa juga terjadi di beberapa lokasi di Banjarnegara. Salah satu yang luput dari perhatian besar masyarakat adalah longsor di Dusun Prigi, Desa Kalitlaga, Kecamatan Pagentan pada empat tahun silam, April 2011. Tercatat dalam kejadian ini sebanyak 18 rumah hancur total, 8 rumah rusak berat, serta sebanyak 29 rumah terancam longsor susulan.
Para korban ini, terutama yang rumahnya hancur dan rusak berat dan akhirnya dirobohkan hidup di pengungsian. Hingga pada awal tahun 2015, mereka baru direlokasi oleh pemerintah setempat. Mereka mendapat bantuan untuk membuat hunian semi tetap. Lokasi relokasi masih minim sarana dan prasarana, terutama MCK. Bantuan MKC dari beberapa donatur yang dibangun empat tahun silam sudah tidak berfungsi karena berbagai kondisi seperti air yang tidak ada, pintu rusak, serta saluran air rusak.
Bertepatan dengan proses relokasi, salah satu pendamping program Dompet Dhuafa Jawa Tengah, Prapti (41) melakukan survei dan assessment di lokasi. “Kondisi para pengungsi memang masih memprihatinkan, karena minimnya sarana dan prasarana,” ujarnya.
Prapti juga menemui BPBD Banjarnegara untuk meminta rekomendasi dan koordinasi. Hasilnya memang wilayah ini membutuhkan sarana MCK. Menjawab kebutuhan pengungsi Desa Kalitlaga, Dompet Dhuafa Jawa Tengah melalui tim yang ada di Purwokerto dan Banjarnegara akan menindaklanjuti dengan pembuatan sarana prasarana sanitasi ini.
Beberapa hal seperti ketersediaan lahan menjadi kendala. Lokasi MCK yang akan dibangun bukanlah milik pemda setempat, namun milik dari salah satu perusahaan swasta di Banjarnegara. Hal ini akan segera dikomunikasi oleh Dompet Dhuafa Jawa Tenah kepada pihak swasta terkait. Sementara itu, BPBD setempat sangat apresiatif terhadap rencana pembuatan MCK di lokasi relokasi korban longsor Kalitlaga. (tt/gie)