Lombok Bangkit Craft, Inisiasi Relawan Guru Untuk Bangkitkan Kreatifitas Anak Penyintas

LOMBOK UTARA — Dengan penuh antusias, Hafiz menunjukan gelang handmade buatannya di depan kamera. Bocah penyintas gempa Lombok tersebut merasa bangga dengan hasil kerajinan yang ia buat sendiri. Bersama puluhan bocah penyintas lainya di Desa Gumantar, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, Hafiz berkreasi di atas reruntuhan bangunan, tempat ia bersekolah dulu. Walau sekolah mereka roboh, juga dengan desa mereka yang masih berbenah pasca gempa, bocah-bocah penyintas bisa menunjukan kreatifitasnya. Bermodal warna-warni tali-temali, kain, dan benang, mereka menciptakan gelang, tas sederhana yang indah. Oleh gurunya, kerajinan bocah-bocah penyintas tersebut dibubuhkan label Lombok Bangkit Craft.

Thubany Amas (25), adalah sosok dibalik bangkitnya kreatifitas anak-anak penyintas di Desa Gumantar. Salah satu guru relawan Dompet Dhuafa tersebut memiliki metode tersendiri agar naluri kreatif anak-anak penyintas tak luntur pasca diguncang gempa. Bukan hanya sekedar menghidupkan kembali kreatifitas, Lombok Bangkit Craft juga diinisiasi Thubany sebagai bentuk strees healing bagi anak-anak penyintas pasca gempa.

“Tujuanku sebenarnya adalah crafting for healing, itu tagline yang ingin aku sampaikan. Bahwa dengan crafting, kita dapat menolong orang lain, bukan hanya menolong orang secara psikis, bukan hanya bisa menghibur mereka. Namun bisa juga menambah pundi-pundi ekonomi mereka,” terang Thubany.

Berbekal keahlian crafting dan dukungan donasi dari beberapa rekanya, Thubany bereksperimen dengan memberli beberapa bahan crafting yang ia bawa langsung dari Yogyakarta.

“Iya, pas ada acara di Yogya aku nyempetin untuk belanja bahan untuk aku bawa kesini. Bahkan sampai over bagasi, hehe,” tambah Thubany.

Berkat inisiasi dari Thubany, kerajinan Lombok Bangkit Craft tersebut sudah dapat dipasarkan. Bahkan pemesannya sampai menyentuh luar negeri.

“Ada temenku yang beli dari Malaysia, dia pesen gelang 15 pcs,” tukas perempuan berdarah Tegal tersebut.

Selain anak-anak berkreasi, mereka pun mendapatkan manfaat dengan profit yang didapat dari penjualan kerajinan tersebut. Karena seluruh profit yang didapat dipergunakan Thunaby untuk memberli perlengkapan pengajaran seperti buku-buku cerita, dan alat edukasi lainya yang masih minim keberadaanya.

“Profit yang kita dapat, tentunya diputar untuk menunjang kegiatan pendidikan di sini,” terang perempuan yang sering berkecimpung di dunia kerelawanan tersebut.

Dengan kegiatan baru berupa kerajinan tangan tersebut, trelihat lebih banyak antusias anak-anak didik dan warga sekitar. Relawan Guru Dompet Dhuafa dirasa dapat menghidupkan kembali semangat belajar anak-anak penyintas.

“Antusias anak-anak sangat bagus, mereka akan sigap menghampiri kalau kita duduk-duduk di luar (teras belajar). Semangat belajar mereka sangat tinggi,” tutup Thubany.

Kini anak-anak penyintas dapat dengan asyik belajar dari metode yang Thubany berikan. Melalui Lombok Bangkit Craft, pendidikan di Desa Gumantar lebih berwarna. Semakin tampak kreatifitas dan semangat belajar anak-anak di sana. (Dompet Dhuafa/Zul)