Lulusan EOE-SAKU Hadirkan Sinyal Internet Pertama Di Desanya

SUKABUMI — Setahun progam EOE-SAKU berjalan. Dari setahun perjalananya, progam pengembangan SDM di Kabupaten Sukabumi tersebut melahirkan 257 alumni. Mereka semua diberikan bekal untuk bekerja maupun berwirausaha sendiri. Salah satunya adalah Abdul Husein Khusairi (23), yang berhasil membangun server internetnya sendiri, untuk membantu warga lebih mudah dalam mengakses internet.

Kampung Citundun, Desa Sundawenang, Kecamatan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi, masih terlalu jauh dari peradaban digital. Bahkan di 2018 lalu, warga harus naik ke bukit untuk mengakses internet dan hanya sekedar telfon.

“Dulu orang-orang mengeluh, tidak ada sinyal yang bagus di kampung kami. Kalau ada yang ingin telfon atau mengakses sinyal, harus naik dulu ke bukit,” terang Husein.

Dari keluhan tersebut, Husein berinisiatif mendirikan server internet dari rumahnya sendiri. Dipatok dengan nominal tertentu, warga yang membutuhkan internet, kini dapat mengaksesnya dengan mudah. Dalam waktu singkat, usaha server internetnya berkembang pesat. Selain membantu warga yag membutuhkan akses internet, Husein bisa mengais rupiah dari keahlianya tersebut.

“Alhamdulillah, respon masyarakat bagus. Walau beberapa warga sempat tidak percaya sebelumnya. Tapi sekarang seluruh warga kampung bisa merasakan internet di rumahnya masing-masing,” tambahnya.

Husein bukanlah seorang ahli komputer sebelumnya. Ia juga tidak memilki latar belakang pendidikan yang berkaitan dengan IT. Keahlian mengolah jaringan internet yang ia aplikasikan di desanya berasal dari progam Equal Opportunity For Empowerment – Siap Kerja, Siap Usaha (EOE-SAKU). Bersama 256 peserta lainnya, Husein mendapatkan bekal soft skill dan hard skill dari progam yang diinisiasi oleh Dompet Dhuafa, bekerjasama dengan Coca-cola Fundation, USAID, dan Pemda Sukabumi.

“Saya tidak punya pengalaman, hanya pas ikut progam tersebut (EOE-SAKU) saya dapat ilmunya. Bersyukur saya bisa ikut progam,” aku Husein.

Bersama EOE-SAKU, Husein memilih kelas Teknik Komputer dan Jaringan. Ilmu yang ia dapat di kelas tersebut, membuatnya semakin tertarik dan menemukan passion-nya di sana. baru setengah jalan di EOE-SAKU, Husein menemukan ide untuk membuka server internet di kampungnya.

Desanya kini mulai berkonsep smart village, di mana semua warga dapat mengakses internet dengan mudah. Bahkan bersama pemuda setempat, ia mengubah lahan belukar menjadi semacam co-working area. Di tempat tersebut pegiat digital dapat berkumpul memanfaatkan internet miliknya. Sinyal internet bukan hanya sekedar memberikan akses komunikasi, namun juga menggerakan ekonomi dan pendidikan di desanya. Hal tersebut yang ia tularkan ke desa lainya.

“Dengan internet ada yang mulai jualan online, bahkan juga anak sekolah mencari referensi tugas melalui internet, walau juga banyak yang sekedar bermain game,” terang Husein.

Kini, Husein ingin berekspansi menyebar servernya ke kampung-kampung lain di Sukabumi. Husein yakin bahwa masih banyak desa yang bernasib sama dengan desanya. Ia ingin manfaat internet yang dirasakan oleh warga di desanya, dapat menjangkau desa lain.

“Saya ingin bangun server lain juga di desa lainya yang bernasib sama dengan desa saya,” tutup Husein. (Dompet Dhuafa/Zul)