Mak Senah, Dedikasikan Hidup Demi Keluarga

TANGERANG SELATAN — Padatnya lalu lalang kendaraan di perempatan Jalan Pondok Aren Raya terasa melelahkan para pengguna jalan. Kepulan asap yang keluar dikendaraan menambah panas suasana siang hari itu. Dalam hiruk pikuk aktivitas, seorang Nenek tampak begitu tenang sembari menawarkan dagangan. Tak banyak yang ditawarkan oleh sang Nenek di meja kecil, tepi Jalan Raya Pondok Aren tempat ia berdagang. Hanya ada setumpuk kantong plastik berisi buah-buahan.

Mak Senah (70), begitu ia biasa dipanggil. Ibu tiga anak yang usianya tak muda lagi. Saat ini Beliau menjadi tumpuan keluarga yang mayoritas anaknya hanya bekerja serabutan tak menentu. Masyarakat sekitar mengenalnya sebagai sosok pekerja keras dan gigih dalam berusaha. Dua anak Mak Senah, Sanin (44) dan Nasan (40), bekerja sebagai kuli bangunan dan tukang ojek. Keduanya sudah bercerai dengan pasangan masing-masing, dan kini tinggal satu rumah dengan Mak Senah.

Ketika tim LPM Dompet Dhuafa berkunjung ke rumah beliau di Jalan Guru Kojar, RT.07/013, Jurang Mangu Barat, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Mak Senah bertutur, kondisi ekonomi sehari-hari memang tak cukup jika ia tak dagang. “Anak emak cuma tukang ojek, siang sampai sore, Emak baru dagang buah dipinggir jalan,” ujar Senah menambahkan.

Pagi hari, Mak Senah berdagang nasi uduk di lingkungan Madrasah Ibtidaiyah. Tak jauh dari tempat tinggalnya. Hingga siang datang menjelang, Mak Senah telah bergegas berdagang mangga di pinggir jalan raya. Modal dagang yang didapat Mak Senah, diperoleh dari hasil hutang. Ia biasa mencicil perhari bergantung dari kesepakatannya dengan pemberi hutang.

Penghasilan yang ia dapat perhari terbilang lumayan dan cukup untuk kebutuhan beliau sekeluarga. Akan tetapi, tak semua ia belanjakan. Ia masih tetap menyisihkan untuk membayar hutang. “Sebenarnya, saya dagangnya lumayan mas. Orang beli manga Rp. 30 ribu dikasihnya Rp. 50 ribu, gak mau kembali. Nah lebihan itu saya gak pakai makan. Tetapi untuk bayar hutang,” tutur Mak Senah. 

Dahulu, hidup Mak Senah tidak sekeras seperti sekarang. Suaminya, Masil (alm), kala itu berperan penuh sebagai kepala keluarga. Tetapi konflik keluarga telah membawa Mak Senah jatuh ke lubang nestapa yang cukup dalam. Bagaimana tidak, Suaminya meninggal terbunuh oleh orang yang tercatat masih keluarganya sendiri. Selain itu, sang cucu juga dijebloskan ke dalam penjara selama dua tahun, karena laporan dari saudara atas tuduhan pencurian.

Tak berhenti sampai disitu. Kemalangan yang menimpa Mak Senah seolah datang beruntun, tatkala ia telah ditipu orang tak dikenal yang mengaku bisa mengurangi masa tahanan sang cucu. Dengan menebus sebesar Rp. 13.000.000, ia diyakini bisa mengurangi vonis hukuman, bahkan membebaskannya. Alih-alih masa tahanan berkurang, orang itu pun hilang tak tahu kemana rimbanya.

“Uang yang dipakai itu hasil dari pinjaman, dari Rp. 13 juta, sekarang tinggal Rp. 9 juta lagi. Alhamdulillah sedikit demi sedikit Emak bisa ngurangin. Cucu Emak 4 bulan lagi sudah bebas, Insyaa Allah,” ujar Mak Senah menjelaskan.   

Begitu berat penderitaan yang ia rasakan. Tetapi ia tak menaruh dendam berkepanjangan dengan keluarganya tersebut. Ia hanya fokus untuk memberikan perhatian pada keluarga. Khususnya pada dua anak dan cucunya. Ia tak ingin menjauhkan anaknya lantaran sudah tak ada lagi kasih sayang yang diberikan pada keluarga masing-masing. Mak Senah berpendapat bahwa, kemiskinanlah yang membuat keluarga anaknya berantakan. Para istri pergi meninggalkan dua puteranya begitu saja. Hingga memisahkan anak dengan sang ayah. Oleh karena hal itu, Mak Senah berjuang sekuat tenaga mendedikasikan hidup dan masa tuanya demi keluarga yang sangat ia cintai.

Atas pengorbanan dan perjuangan hidupnya, Dompet Dhuafa membantu Mak Senah memulai kembali usahanya tanpa harus meminjam kepada bank keliling yang sudah lama ia lakukan. Harapannya dengan bantuan tersebut, Mak Senah dapat sedikit berkurang hutangnya dan mandiri secara ekonomi.

“Terima kasih untuk para dermawan semua. Bantuan ini akan saya pakai untuk modal, biar gak pakai duit hutang lagi,” jawab Mak Senah dengan polos. (Dompet Dhuafa/Rifky)