Mata Air Impian Warga Kamancing: Endapkan Air Keruh Untuk Kebutuhan Sehari-hari

PANDEGLANG, BANTEN — Air bersih menjadi salah satu kebutuhan pokok yang menjadi sumber kehidupan manusia sampai saat ini. Bahkan pada jaman dahulu kala, untuk membentuk suatu pemukiman manusia sudah terbiasa mencari sumber air agar mudah diakses setiap harinya. Namun, saat ini diera modernisasi masih banyak wilayah yang kesulitan dalam mendapatkan akses air bersih untuk kebutuhan masyarakatnya baik itu dikonsumsi maupun kebutuhan sanitasi.

Kondisi seperti ini mungkin sudah menjadi santapan sehari-hari warga Kampung Kamancing, Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Banten. Letaknya yang berada di atas perbukitan tidak serta merta membuat warga dengan mudah mendapatkan air bersih, padahal pada umumnya masyarakat awam menganggap dataran tinggi ataupun perbukitan merupakan titik di mana sumber mata air ditemukan.

Hal inilah yang membuat warga yang tinggal di Kampung Kamancing banyak yang tidak memiliki fasilitas Mandi, Cuci, Kakus (MCK) ataupun sarana sanitasi lainnya di rumah masing-masing. Selama ini hanya ada 3 (tiga) sumber mata air yang bisa dimanfaatkan warga setempat yaitu air hujan, curug atau air terjun yang letaknya cukup jauh, dan aliran sungai kecil di dekat pemukiman.

Mayoritas masyarakat mengandalkan sungai kecil karena lebih dekat dan mudah untuk dijangkau. Tetapi air yang mengalir tersebut tidak sepenuhnya bersih, tanah yang tercampur dengan air dan lalu lalang warga membuat sungai itu terbilang keruh dan perlu diendapkan kembali. Kondisi ini sebenarnya tidak sehat bagi kesehatan warga, namun tidak ada pilihan lain selain menggunakan air tersebut untuk kebutuhan sehari-hari.

Pernah beberapa kali warga mencoba untuk membuat sumur mata air dengan menggali tanah hingga kedalaman tertentu, namun percobaan itu sampai sekarang masih nihil karena kerasnya batuan yang ada di dalam tanah. Bahkan masjid yang ada di Kampung Kamancing sampai hari ini masih mengandalkan air hujan untuk kebutuhan wudu para jamaahnya. Potongan bambu yang dibentuk sedemikian rupa oleh warga mengalirkan air hujan dari atap ke kolam penampungan untuk berwudu setiap waktu Shalat.

Tati Purnama (30) salah satu warga Kampung Kamancing menceritakan kegiatannya sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan air bersih keluarganya. Jalan yang licin serta bobot air dari setiap dirigen ya dirinya bawa menjadi tantangan setiap hari saat mengambil air. Tempat tinggal Tati yang tidak memiliki fasilitas sanitasi juga membuatnya harus melakukan usaha lebih ketika ingin melakukan aktivitas seperti buang air kecil maupun besar di kebun maupun tempat lainnya.

Tentunya Tati dan seluruh warga Kampung Kamancing lainnya sangat mengharapkan adanya fasilitas MCK agar kebutuhan mereka akan air bersih mampu terpenuhi dan menjalani kehidupan lebih sehat dengan sanitasi yang lebih baik. Harapan tersebut disampaikan langsung oleh Narmin (36), menurut penuturannya banyak hampir seluruh warga memiliki keluhan yang sama terkait air bersih dan sanitasi. Warga sering mengkhawatirkan akses air bersih yang cukup berbahaya dan sulitnya buang air ketika malam hari.

“Kalau ingin buang air biasanya warga pergi ke kebun atau ke tempat tertutup lainnya, paling agak sulit kalau malam hari karena gelap dan di sini kan perbukitan jadi lumayan curam. Mau bagaimana lagi, di sini warga tidak ada yang punya kamar mandi, paling ada beberapa tapi airnya tidak ada harus ambil di bawah juga. Kasihan sebenarnya, tapi mau sulit kalau hanya tangan warga yang bertindak untuk menyelesaikan masalah ini,” ujar Narmin.