BANJARNEGARA — Maulana Bagir Karbaila (13) atau dalam kesehariannya akrab dipanggil Maul, merupakan anak semata wayang dari Agus Akhmad dan Suratmi. Saat ini Maul masih duduk dikelas V SLB Negeri Banjarnegara. Pada 2011 lalu, Maul telah menjalani tes BERA di Yogyakarta. Tes tersebut menjadi syarat wajib mendaftar di SLB Negeri Banjarnegara. Hasil tes menunjukkan bahwa Maul memiliki tingkat pendengaran suara sebesar 110 db.
Sebelumnya Maul sedikit mengalami keterlambatan di banding teman-teman di sekolahnya. Peraturan di sekolah mengharuskan siswa untuk bisa membaca. Siswa tunarungu belum bisa dinaikkan kelasnya jika masih belum dapat membaca, terutama membaca dalam hati ketika mempraktekan ibadah sholat. Namun, Alhamdulillah Maul saat ini sudah mampu membaca.
Ayah Maul, Agus Akhmad dulunya bekerja sebagai supir angkutan umum. Namun karena mobil angkutan umumnya kini telah dijual oleh pemiliknya, mengharuskan Agus beralih profesi sebagai tukang pencari rumput untuk pakan kambing milik tetangganya. Penghasilan dari profesi baru Agus tidaklah seberapa, dalam 1 hari ia bisa mengumpulkan 2 karung rumput, 1 karung hanya dihargai sebesar Rp. 15.000,-. Sedangkan sang ibu, Suratmi, bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Dalam sepekan ia hanya bekerja selama sehari dengan upah sebesar Rp. 50.000,-.
Menurut Agus, ia juga memiliki hutang puluhan juta rupiah dengan orangtua, saudara dan keponakannya. Hutang tersebut digunakan saat Maul masih kecil. Saat kecil, Maul sering sakit-sakitan. Saat Maul berusia 9 bulan mengidap panas tinggi dan harus berobat dengan biaya yang tidak sedikit.
Kondisi rumah keluarga Maul juga sangatlah sederhana. Terletak di Desa Pucang RT 2 RW 7 Kel. Pucang, Kec. Bawang, Kab. Banjarnegara, rumah semi permanen yang beberapa bagiannya masih berupa kayu dan hampir lapuk itu, Maul dan keluarganya tinggal.
Di balik itu semua, Maul masihlah siswa yang masih punya semangat belajar meski dengan keterbatasan yang ia miliki. Memiliki Alat Bantu Dengar (ABD) adalah salah satu impian Maul dan keluarganya. Namun kondisi ekonomi keluarga yang tidak sebanding dengan harga sebuah ABD, menjadi kendala.
Harga sebuah ABD berkisar antara Rp. 8 juta hingga Rp. 10 juta. Bukan nominal yang murah, dan tentu menjadi kendala jika menengok kondisi ekonomi kedua orangtua Maul dengan penghasilan yang tak seberapa. Itu adalah harga ABD untuk satu telinga, jika untuk 2 telinga, tentu dua kali lipatnya yang harus dikeluarkan keluarga Maul. (Dompet Dhuafa/Jateng)