Peresmian Bak Air di Desa Papela yang dihadiri oleh Ahmad Koso sebagai Ketua MUI Rote Ndao (Kiri), Armi Robi sebagai GM Yayasan Pemberdayaan Sosial Dompet Dhuafa (Tengah), Frans W. Daud sebagai Camat Rote Timur (Kiri kedua), dan Kepala Desa Papela (Kiri). (Foto: Bani/Dompet Dhuafa)
PAPELA- Di kawasan Timur Indonesia terdapat sebuah Desa yang terletak di Kecamatan Rote Timur Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT). Desa Papela, demikian nama desa yang terdiri dari 441 KK, mempunyai populasi agama Islam terbanyak di wilayah Pulau Rote.
Karakteristik geografis dengan musim kemarau yang lebih panjang daripada musim hujannya dalam setahun, membuat masyarakat wilayah Rote Ndao sudah terbiasa merasakan kesulitan memperoleh air bersih. Tanah-tanah retak hingga ternak yang kurus itu sudah menjadi pemandangan yang biasa di wilayah Rote Ndao.
Warga Papela sudah terbiasa berjalan dengan jarak kurang lebih 10 KM. Untuk memenuhi kebutuhan akan air, mereka bergotong royong dengan sesama warga Papela yang mempunyai kendaraan pribadi, dengan sedikit uang yang dibayarkan maka warga Papela harus menghemat air yang telah di perolehnya. Warga Papela membagi jatah air untuk mandi, cuci, air minum dan hewa ternak.
Negeri yang Indah namun terselip cerita yang memilukan dari masyarakat Papela jauh di Ujung Timur Indonesia. Ketika banyak masyarakat perkotaan melakukan pemborosan terhadap penggunaan air untuk kehidupan sehari-hari, jauh di Indonesia bagian Timur, kekurangan dan kesulitan air menjadikan masyarakat bergotong royong untuk saling memenuhi bak-bak penampungan sementara di tiap-tiap rumahnya. Sulitnya transportasi darat, akses yang cukup jauh serta keterbatasan ekonomi membuat warga Papela mau tidak mau berjalan kaki bahkan membawa dirigen air sejauh kurang lebih 10 KM.
Program “Air Untuk Kehidupan” yang digulirkan oleh Dompet Dhuafa semenjak tahun 2012, merupakan bagian dari program “Semesta Hijau Dompet Dhuafa”, program “Air untuk Kehidupan” bertujuan memberikan kemudahan akses air bersih untuk warga miskin di daerah yang susah mendapatkan air. Pada akhirnya ini bisa meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan membebaskan mereka dari beban komersialisasi air,” ujar Ika Akmala, Manager Program Semesta Hijau Dompet Dhuafa.
Dompet Dhuafa melalui program “Air Untuk Kehidupan” saat ini melihat sudah banyak terjadinya komersialisasi sumber mata air juga berdampak pada sektor kebutuhan air bersih di sekitar lingkungan, hal ini terjadi akibat kurangnya aturan-aturan yang ketat seperti peraturan daerah mengenai tata kelola air yang bersifat komersial baik pemerintah maupun swasta. Hal tersebut berdampak pada daya beli masyarakat hingga kebutuhan air bersih yang seharusnya didapatkan secara cuma-cuma maka masyarakat harus membayarnya.
“Warga di kota-kota besar terutama yang mempunyai air dengan kapasitas besar, seharusnya bersyukur dan bisa memanajemenkan air dalam hal penggunaan, hemat serta penggunaan tepat guna, karena di daerah Rote Ndao banyak warga yang masih berjalan kaki hingga belasan kilometer untuk menemukan sumber mata air”,” ucap Armi Robi, General Manajer Yayasan Pemberdayaan Sosial Dompet Dhuafa.
Selanjutnya Armi Robi menjelaskan di sela-sela peresmian truk tangki “banyak anak-anak sekolah berjalan kaki dengan membawa dirigen kosong untuk diisi dengan air, dalam rangka pemenuhan konsumsi air selama di sekolah baik mck hingga kebutuhan air minum, hal ini sangat langka terjadi di kota-kota besar yang tidak mengalami kesulitan air, maka itu Dompet Dhuafa hadir untuk tumbuh bersama masyarakat Rote Ndao khususnya Desa Papela dalam memenuhi kebutuhan akan air,” ujarnya.
“Saat ini Dompet Dhuafa memiliki tiga bak penampungan dengan kapasitas 5000 liter per hari di Desa Papela per RT sementara di Desa Papela terdapat empat RT dengan kisaran Kepala Keluarga mencapai kurang lebih 70 orang, dengan adanya truk tangki berkapasitas 5000 liter maka ditargetkan tidak akan ada lagi hambatan dalam pasokan air per kepala keluarga serta anak-anak sekolah yang berjalan kaki membawa dirigen kosong”, pungkasnya. (BN8)
Editor: Uyang