Makanan bergizi menjadi asupan nutrisi yang sangat dibutuhkan anak-anak dalam masa pertumbuhan. Dengan nutrisi yang baik dan seimbang pula, anak-anak juga akan terhindar dari gizi buruk, yang hingga kini masih menjadi salah satu problematika kesehatan di Tanah Air.
Ya, masalah gizi buruk masih menimpa di beberapa kawasan di Indonesia, terutama wilayah yang cukup pelosok dan tertinggal. Umumnya, kasus gizi buruk memang menimpa pada balita yang hidup dalam garis kemiskinan. Asupan nutrisi yang tidak terpenuhi para balita tersebut, menyebabkan para balita malang ini kurang gizi, hingga menyebabkan busung lapar. Betapa banyaknya bayi dan anak-anak yang sudah bergulat dengan kelaparan dan penderitaan sejak mereka dilahirkan.
Seperti informasi yang dilansir Republika.co.id beberapa waktu lalu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) sampai November 2015 telah menemukan sebanyak 443 balita kasus Gizi Buruk di 13 kabupaten dan kota. Sementara itu berdasarkan data Riset Kesehatan Daerah (Riskesda) Dinkes Sulteng pada 2013 sebanyak 442 balita mengalami kasus Gizi Buruk dan tahun 2014 berkurang menjadi 390 balita.
Menurut para pengamat ekonomi dan beberapa ahli gizi di Tanah Air, kemiskinan dan kurangnya pemahaman orangtua terhadap gizi dan pertumbuhan anak menjadi penyebab utama permasalahan gizi buruk masih bertahan di negeri ini. Kemiskinan dan ketidakmampuan orang tua menyediakan makanan bergizi bagi anaknya menjadi penyebab utama meningkatnya korban gizi buruk di Indonesia, kemiskinan memicu kasus Gizi Buruk.
Bila kasus Gizi Buruk ini terus berlanjut, tentu saja dikhawatirkan akan semakin memperburuk pertumbuhan fisik dan fungsi-fungsi otak. Jika sampai hal tersebut terjadi, sudah dipastikan banyak balita dan anak-anak yang menjadi generasi penerus bangsa terancam masa depannya.
Persoalan gizi dan kesehatan anak di Indonesia, terutama pemenuhan gizi seimbang membuat Dompet Dhuafa melalui PT. Karya Masyarakat Mandiri (KMM) bersinergi dengan PT. Sarihusada menggagas program sosial bernama Warung Anak Sehat (WAS) yang telah dimulai sejak tahun 2011.
Sutisna, Penanggungjawab Program Warung Anak Sehat menuturkan, untuk tahap pertama Program WAS berjalan pada tahun 2011 hingga 2012. Di tahun tersebut, telah dibangun sebanyak 85 WAS di beberapa wilayah di antaranya Jakarta, Banten, Jawa Barat dan Nusa Tenggara Barat. Sedangkan untuk Tahap kedua, Dompet Dhuafa dan PT. Sarihusada melanjutkan kerja sama Program WAS dengan menggandeng perusahaan retail.
“Memasuki tahap 2 yakni pada tahun 2013 hingga 2015 jumlah mitra Program WAS sebanyak 277 mitra yang tersebar di wilayah Bogor, Bandung, Yogyakarta dan Ambon,” ujar Sutisna.
Lebih lanjut Sutisna menjelaskan, konsep Program WAS sendiri yakni mengidentifikasi perempuan-perempuan di daerah yang masih memiliki tantangan malnutrisi untuk diajak menjadi pengusaha mikro (Ibu WAS). Mereka akan diberi pelatihan dan kredit mikro untuk membuka warung kecil yang menjual produk makanan sehat, baik produk makanan segar olahan dapur sendiri maupun produk makanan olahan industri yang dianggap sehat untuk anak-anak.
“Selain berjualan, para Ibu WAS akan berbagi pengetahuan tentang gizi dan pola makan seimbang anak kepada ibu-ibu pelanggan warung mereka” tambah Sutisna.
Diharapkan, dengan bergulirnya program WAS ini, setidaknya menjadi ikhtiar Dompet Dhuafa dalam mendorong pertumbuhan gizi untuk anak-anak Indonesia. Selain itu, juga menyejahterakan para ibu tangguh yang merupakan pengusaha mikro dari sektor ekonomi. (Dompet Dhuafa/Uyang)