JAWA TENGAH– Sebagai wujud komitment untuk memberdayakan masyarakat, Pertanian Sehat Indonesia membuat program pengembangan usaha lele. Progam yang menyasar 40 Kepala Keluarga (KK) ini berlokasi di Desa Bacem, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, dan di Desa Karangwuluh, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.
Hingga April 2015 sebanyak 75.500 benih ditebar ke 43 kolam ikan dengan total luas kolam 485 m2. Selama periode Januari-April 2015 dilakukan pertemuan usaha kelompok bulanan, pelatihan budidaya dan pembenihan lele sangkuriang (panen dan pemasaran hasil).
Lele sendiri sengaja dipilih karena berbagai keunggulan. Erri Dwi Herdianto, Economic Development Dompet Dhuafa mengatakan ikan lele tidak memerlukan air yang mengalir, sehingga bisa dibudidayakan di daerah yang minim debit air. Disamping itu, tingkat kepadatan penebaran benih sangat tinggi, sehingga peternak bisa membudidayakan dengan sangat efisien ditempat yang minim. Lele juga merupakan makanan yang mempunyai sumber protein tinggi.
“Dengan melihat potensi besar dari usaha lele, baik dari sisi peluang pasar yang masih terbuka maupun dari sisi proses budidaya yang tidak terlalu rumit. Maka segmen usaha ini dapat dikembangkan pada komunitas-komunitas yang membutuhkan peluang usaha dan lapangan pekerjaan,” jelas Erri.
Dompet Dhuafa, dalam konteks pemberdayaan masyarakat, melalui Pertanian Sehat Indonesia dapat menjadikan para anggotanya yang tergabung dalam pendampingan usaha pengembangan budidaya lele terus berkembang. Mulai dari proses budidaya, pembinaan kelompok, teknologi hingga pemasaran dibekalkan kepada para petani lele binaannya. Untuk memutar keuntungan, dibuatlah koperasi yang pengurusnya adalah warga sendiri.
Pemberdayaan ini dibuat untuk merintis sentra budidaya lele di lokasi program usaha lele. Diharapkan, dengan pengembangan usaha ini terjadi peningkatan pendapatan anggota pembudidaya lele dan menumbuhkan kelompok usaha budidaya ikan lele.
Dalam pengembangan usaha ini, dibutuhkan komitmen dan keinginan untuk belajar para petani dampingan atau pemuda yang akan menjadi sasaran program. Diutamakan mereka mempunyai lahan pekarangan untuk kolam, sebagai upaya meminimalisir biaya sewa.
Setelah berjalan selama setahun ini, ada manfaat yang bisa dipetik oleh masyarakat Kulon Progo. Walgiyono, ketua koperasi Manunggal Roso, mengatakan masyarakat Karangwuluh khususnya, sangat senang sekali mendapatkan pendampingan program budiaya lele.
“Walaupun tidak semua anggota mendapatkan kesempatan untuk menjadi mitra program lele ini. Tetapi setidaknya ada sebagian dari anggota koperasi bisa mendapatkan program ini, untuk mengembangkan roda perekonomian,” ujarnya.
Semoga melalui pengembangan usaha lele ini dapat memberikan manfaat bagi para anggota petani dampingan pada khususnya dan masyarakat pertanian di Indonesia pada umumnya. (Dompet Dhuafa/Erni)