Mendiang Prof. Dr. Azyumardi Azra dalam Kenangan Ustadz Wahfiudin Sakam

SINGAPURA — Pada periode 2010, Wakil Gubernur DKI Jakarta, meminta Ustadz Wahfiudin Sakam untuk ikut memimpin Jakarta Islamic Center, setelah 3 periode sebelumnya di Dewan Pengawas BAZIS DKI Jakarta. Suatu saat, Prof. Dr. Azyumardi Azra, hadir di ruang kerjanya, jelang beliau ceramah di ruang utama masjid. Dalam perbincangan tersebut, Ustadz Wahfi dan Prof. Dr. Azyumardi Azra, mengulas tentang jaringan ulama-ulama Sufi di Nusantara, khususnya di Sumatera Barat.

“Kami mengulas jaringan-jaringan ulama Sufi di Nusantara, khususnya Sumatera Barat. Kentara sekali karakter beliau yang pernah menjadi aktifis HMI Ciputat dan wartawan Panjimas. Kesan santun, demokratis, egaliter, dan tak ada kemauan menunjukkan sebagai orang yang “tinggi” dalam pengetahuan, jabatan, maupun pengalaman. Bahkan mendengar rencana saya melakukan Safari Dakwah Tasawuf ke Sumbar, beliau sangat mendukung,” ungkap Ustadz Wahfi, melalui pesan singkatnya kepada tim jurnalis Dompet Dhuafa, Senin (19/9/2022) malam.

Bahkan Ustadz Wahfi masih ingat betul ucapan Prof. Dr. Azyumardi Azra kepadanya, seraya menirukan, “Saya sangat setuju, Sumbar harus dicerahkan kembali dengan ajaran-ajaran sufistik seperti yang pernah diamalkan oleh para orang tua kami dahulu. Dimensi tasawuf yang esoterik tak dapat dipisahkan dari dimensi syariah yang eksoterik dalam membangun umat Islam,” begitu kata beliau.

Beberapa bulan kemudian Ustadz Wahfi menerima kehadiran beliau, duduk di lantai kantor masjid Al-Mubarak yang menjadi Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN) Center Jakarta. “Saat itu beliau bertanya tentang umur saya. Menginjak 51 tahun, dan menawarkan untuk mempromosikan saya ikut program doktor di UIN. Beliau berujar kepada saya, ‘Menurut saya, kalau orang sudah lama istiqamah berkecimpung di dunia dakwah, dan sudah mapan kepribadian, intelektual, serta ekonominya, sudah layak mengambil doktor by research, kata beliau kepada saya. Tawaran yang menyentuh, tetapi saya sudah gak sempat lagi untuk itu. Ingat betul itu saat beliau hadir di TQN Center untuk menjadi pembicara dalam acara Manaqib Syekh Abdul Qadir Al-Jaylani. Saat itu beliau paparkan peran-peran kesejarahan para ulama sufi dalam kancah intelektual-keulamaan, dakwah, sosial ekonomi, dan pergerakan politik di Nusantara,” tambah Ustadz Wahfiudin Sakam.

Kembali Ustadz Wahfi mengungkapkan, kehadiran beliau di majlis Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah Suryalaya itu, menunjukkan ketawadhuan beliau untuk selalu mau membersamai umat, memberikan kontribusi ilmiahnya, tanpa terjebak oleh prasangka dan sekat-sekat identitas kelompok. Bahkan, begitu acara usai, nampak wajah ikhlas beliau, ringan langkah perjuangannya, tetapi istiqamah dalam integritas keintelektualannya.

“Kali ini, dengan cinta dan rasa hormat, kami iringi engkau kembali kepada Allah. Di atas adalah dua momen dari banyak kesempatan saya berjumpa dengan almarhum Azyumardi Azra. Kami sama-sama mengawal Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa, beliau di Dewan Pakar, saya di Dewan Pengawas Syariah. Selamat jalan, Prof Azyumardi Azra,” pungkas Ustadz Wahfi.