Menggapai Asa di Ibu Kota

Dapat menuntut ilmu di sebuah universitas terkemuka, tentu menjadi harapan semua orang, termasuk Rahmat Mulia (18), salah satu penerima manfaat Lembaga Pelayanan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa. Pelajar asal Jawa Tengah ini bertekad untuk mengadu nasib di Jakarta. Bermodalkan ijazah SMP yang ia miliki, Rahmat yakin mampu bersaing dengan pelajar asal Jakarta.

Ya, dapat melanjutkan studinya ke Perguruan Tinggi Negeri memang menjadi impian Rahmat selama ini. Universitas Indonesia (UI) menjadi tujuan utamanya dalam menimba ilmu. Rencananya, ia akan mengambil jurusan ekonomi agar dapat mewujudkan cita-citanya menjadi pengusaha atau menjadi direktur di perusahaan besar.

’’Yang penting kita usaha dulu, masalah berhasil atau nggak itu terserah Tuhan,” ujarnya.

Di Jakarta, Rahmat meneruskan sekolah tingkat SMA dan tinggal di rumah kontrakan bersama Pamannya yang lebih dahulu merantau. Tinggal bersama kerabat dekat, tak membuat Rahmat terlena atau terkesan manja dengan segala fasilitas yang dimiliki oleh sang paman.

’’Kadang malu, nggak enak juga kalo apa-apa dibantu terus sama pakde (paman)” ujar siswa kelas XII SMA Kartika VIII Jakarta ini.

Sadar bahwa dirinya memiliki keterbatasan ekonomi dan harus hidup mandiri, Rahmat memutuskan untuk bekerja sebagai tukang cuci steam yang tak jauh dari kontrakannya di Jalan kebagusan Raya, Gg. Langgar, Kecamatan Jagakarsa, Pasar Minggu, Jakarta.

Setiap Senin hingga Jumat, Rahmat mulai bekerja dari pukul 4 sore hingga menjelang Maghrib. Sedangkan di Sabtu dan Minggu, ia bekerja dari pagi hingga sore hari.

Kalo hari biasa banyakan liburnya, kadang kalo ada les atau tugas kelompok sekolah atau lagi capek saya nggak nyuci,” terangnya.

Penghasilan yang didapat Rahmat dari cuci steam terbilang lumayan. Di hari biasa, ia mampu mengantongi Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu. Sedangkan di hari libur, ia bisa meraup Rp 20 ribu hingga Rp 30 ribu. Setiap satu motor Rahmat mendapat upah Rp 3 ribu dan terkadang juga mendapat tips dari pemilik motor Rp 4 ribu per motor. Dari penghasilannya itu, ia mampu membiayai jajannya sendiri hingga membayar SPP.

Kini, menjelang ujian nasional tingkat SMA, Rahmat diminta sang paman konsentrasi pada studinya agar lulus dengan nilai yang baik.

’’Kalo saya sukses di Jakarta, saya mau beliin bapak sama ibu sawah biar bisa digarap sendiri dan bisa biayain adik untuk kuliah kelak,” ujarnya dengan penuh harap.

Melihat kesungguhan Rahmat dalam menggapai cita-citanya, Lembaga Pelayanan Masyarakat (LPM)  Dompet Dhuafa membantu membiayai Ujian Nasional dan beberapa bulan biaya SPP yang masih tertunggak, agar kendala biaya tidak menjadi batu sandungan rahmat dalam menggapai cita-citanya. (Uyang)