Mengintip Lebih Dekat Kegiatan Siswa SMART Ekselensia Indonesia Di Sore Hari (Bagian 2)

BOGOR – Tidak hanya kegiatan belajar dan keagamaan saja yang mereka lakukan. Beragam kegiatan lain seperti pendukung kegemaran turut dihadirkan Dompet Dhuafa bagi para siswa SMART Ekselensia Indonesia. Sehingga mereka, para siswa yang belajar di sekolah tersebut, tidak bosan dengan rutinitas belajar saja. Sejumlah siswa SMART Ekselensia Indonesia melakukan hal berikut untuk mengisi sorenya:

Ke Perpustakaan

Buku adalah jendela dunia. Begitu kalimat pepatah yang sering terucap. Ilmu dan pengetahuan di dalam kelas, tentulah sangat terbatas. Hanya segelintir dari pengetahuan di sana. Namun di perpustakaan, tentu lebih banyak pengetahuan yang tidak didapati di kelas.

Selain sebagai tempat menambah pengetahuan, perpustakaan juga dapat menjadi pilihan mencari hiburan. Bukan hanya buku-buku berisi teori dan narasi di sana. Buku-buku ringan seperti komik, novel, ensiklopedia dan lainnya, juga dapat ditemui di sana. Sembari mencari hiburan, tentu juga sekaligus dapat menambah pengetahuan.

Seperti yang dilakukan oleh Abdullah Azzam, siswa kelas 4 IPA asal Sumatera Barat. Azzam mengaku datang ke perpustakaan merupakan salah satu cara mengisi waktu sorenya.

Olahraga

Kegiatan satu ini menjadi bagian dalam menjaga kebugaran tubuh. Bagi sebagian besar laki-laki, olahraga menjadi pilihan utama mengisi sore mereka. Begitu banyak jenis olahraga yang ada. Namun, hanya beberapa saja yang dapat dinikmati oleh siswa-siswa SMART. Salah satu di antaranya futsal, basket, voli dan badminton. Sebagian juga memilih olahraga senam kekuatan seperti pull up, push up, sit up dan lainnya.

Berkebun

Pihak pengurus memberikan sebuah wadah keretampilan berkebun bagi para siswa. Selain sebagai media pembelajaran, berkebun juga dapat menjadi alternatif mengisi waktu bermain. Ada dua jenis media tanam yang disediakan, yaitu air (hidroponik) dan tanah.

Kendati demikian, tidak semua siswa dapat dengan bebas mengelola kebun. Hanya beberapa siswa yang tergabung saja. Bilal (kelas 1), salah satu anggota kelompok berkebun mengatakan, yang tergabung dalam kelompok hanya 30 siswa saja. Mereka diatur secara bergiliran bertugas mengelola kebun tersebut.

“Kita diajari mulai menanam sampai penjualan. Biasanya hasil panen kita jual ke guru-guru dan pegawai sekolah,” terang siswa kelahiran Bandung tersebut.

Mencuci

Hidup di asrama berarti harus siap untuk mandiri. Segala keperluan pribadi harus bisa dilakukan sendiri. Mencuci pakaiannya yang usai dipakai adalah bentuk dari tanggung jawab atas diri sendiri. Meski kegiatan di asrama begitu padat, namun tak ada alasan bagi siswa untuk tidak mencuci pakaiannya sendiri. Biasanya, mencuci dilakukan santri maupun pelajar asrama lainnya di dua waktu, yaitu pagi setelah subuh sebelum berangkat ke sekolah dan setelah ashar sebelum maghrib tiba. (Dompet Dhuafa/Muthohar)