Menyelamatkan Kampung dari Asap Rokok

 

SOLO — Berawal dari kegerahannya terhadap para perokok di angkutan umum, salah satu mahasiswi kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, Elian Devina tergugah hatinya mencari solusi untuk masalah gaya hidup tersebut. Kegerahannya bertambah saat ia harus melakukan penyuluhan ke rumah-rumah warga dan mendapati banyak anak yang menderita ISPA. Setelah diusut, ternyata penyebabnya adalah kebiasaan ayah mereka yang merokok di dalam rumah. Berangkat dari kenyataan itu, ia mulai berangan-angan untuk menciptakan sebuah proyek sosial. Sehingga dapat membantu masyarakat untuk sadar akan bahaya merokok.

Angan-angan dan idenya tersalurkan saat ia mendaftarkan diri menjadi Vice National Public Health Officer for Internal Affairs (VNI) SCOPH CIMSA. Salah satu visi misinya saat mengajukan diri adalah membangun community development dengan tema Smoking Control Clinic (SCC) berupa desa binaan. Untuk mewujudkan project-nya, gadis peraih Beasiswa Aktivis Nusantara Dompet Dhuafa ini, terjun langsung ke lapangan guna menggali data. Data menunjukkan bahwa Desa di Surakarta yang paling tinggi angka perokoknya adalah Mojosongo. Akhirnya Desa Mojosongo dipilih oleh Elian dan teman-temannya sebagai lokasi pelaksanaan project bernama Bebas Rokok Menuju Kampung Sehat (BRONKUS).

Kegiatan yang diadakan oleh project BRONKUS beraneka ragam. Diantaranya adalah seminar, penyuluhan ke sekolah-sekolah, dan Family Time. Hasilnya, saat ini banyak perokok mulai sadar untuk tidak lagi merokok di dalam rumah. Jika mereka ingin merokok, sebelumnya akan mencari tempat khusus yang tidak ada orang lain di sekitarnya. Diharapkan kebiasaan ini nantinya berkembang. Sehingga para perokok berhenti merokok. Elian juga berharap agar kampung bebas rokok ini semakin luas cakupannya. Bukan hanya kuantitas tapi juga dalam hal kualitasnya. (Dompet Dhuafa/Dea)