Merekahnya Harapan,Buah Kerja Keras Ade Yulianti

 

JAKARTA — “Dalam senyummu kau sembunyikan letihmu, derita siang dan malam menimpamu tak sedetik pun menghentikan langkahmu,” inilah sekelumit kata yang pas untuk menggambarkan sosok dan perjuangan seorang ibu. Ibu adalah sosok yang mencintai dan berjuang untuk kita sejak dalam rahim. Bahkan sebelum mengetahui rupa dan bentuk kita. Itulah ibu yang selalu ada di setiap keadaan, selalu setia menemani saat suka maupun duka.

Seperti halnya Ade Yulianti (42), sosok ibu tangguh yang berkorban tenaga, pikiran, dan segala yang dimiliki untuk keenam anaknya. Anak pertama putus sekolah lantaran tak adanya biaya. Kemudian anak kedua dan ketiga masih sekolah dengan segala keterbatasannya, sisanya belum sekolah.

Ade dan anak-anaknya tinggal di kontrakan kecil berukuran 3×3 Meter yang beralamat di Jl. Pegangsaan Dua, RT003/01, Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Kontrakan mungil tersebut berada di gang senggol. Bahkan ketika membuka pintu tak terlihat perkakas seperti layaknya rumah lain, yang ada hanya sebuah TV 16 inchi. Pakaian mereka pun berserakan, karena tak memiliki lemari untuk menaruh pakaian. Semua barang habis dijual untuk makan. Penghasilannya sebagai buruh cuci tak sebanding dengan pengeluaran keluarganya.

“Ya begini mas kondisi saya, semua barang-barang habis dijual buat makan. Sampai piring dan sendok juga saya jual, kalau makan pakai kertas nasi saja. Beli nasinya banyak, lauknya sedikit saja, biar kebagian semua. TV juga awalnya saya mau jual buat makan. Tetapi saya kasihan sama anak, nanti mereka tidak ada hiburan lagi mas,” tuturnya sambil menggendong Sarah (2), putri terkecilnya yang terlihat kurus.

Setelah suaminya meninggal karena sakit tiga tahun silam, kemudian Ade menikah lagi dengan harapan ada yang menaggung hidup ia dan anak-anaknya. Namun takdir berkata lain, setelah melahirkan anak hasil pernikahan keduanya, suaminya pergi tanpa meninggalkan kabar. Setelah suaminya kabur, berbagai usaha dilakukan untuk bertahan hidup. Mulai dari buruh cuci gosok, momong anak, disuruh belanja ke pasar sampai ojek payung.

Ibu enam anak ini ingin punya usaha sendiri agar dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Gayung pun bersambut, Ketua RT mengizinkan pos Ronda dijadikan untuk tempat berjualan. Namun kembali lagi, ia terkendala modal.

“Alhamdulillah, Allah kasih jalan saya melalui Dompet Dhuafa, tidak sengaja membaca brosur Dompet Dhuafa. Kemudian saya nekat saja datang. Alhamdulillah pengajuan saya diterima dan dikasih ongkos buat pulang malahan,” tuturnya kepada Surveyor Dompet Dhuafa.

Melihat perjuangan dan kesulitan Ade, Dompet Dhuafa melalui program “Keluarga Tangguh” memberikan bantuan berupa perlengkapan masak dan bahan baku berjualan cilok, serta gorengan.

“Ini amanah buat saya, mudah-mudahan usaha dapat langgeng, dan bisa buat hidupin anak-anak. Saya hanya dapat berdoa saja buat Dompet Dhuafa dan donaturnya, sehingga berkah dunia akhirat,” ucapnya mengakhiri. (Dompet Dhuafa/Taufan LPM)