BOGOR — Kesulitan akses menuju sekolah yang selama ini ia rasakan, membuat Ahkamil Hakimin (17), atau yang kerap dipanggil Akmil, sempat putus asa untuk menggapai cita-citanya. Ditambah kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan, membuat Akmil merasa cita-citanya terlalu sulit untuk digapai. Ibunya seorang tenaga kerja Indonesia (TKI) di Sabah, Malaysia, berprofesi sebagai juru masak. Sedangkan ayahnya bekerja sebagai sekuriti. Maka Akmil memendam dalam-dalam cita-citanya tersebut.
Akmil bercita-cita sebagai seniman. Karena ia memang mempunyai hobi melukis. Ia sangat ingin mengasah bakatnya tersebut hingga menjadi seniman profesional. Namun apa mau dikata, nasib seakan menghalangi cita-citanya untuk terwujud.
Di tahun 2016, Akmil seolah mendapat jawaban atas doa-doanya. Program pendidikan Dompet Dhuafa, mengadakan pencarian anak-anak yang memiliki prestasi akademik di daerah Sabah, untuk nantinya di sekolahkan di sekolah SMART Ekselensia Indonesia. Sekolah gratis akselerasi berbasis asrama yang berada di Parung, Bogor, Jawa Barat.
Setelah melewati tahapan seleksi, tak disangka Akmil diterima dan bersekolah di SMART Ekselensia. Kini, keberadaannya di Bogor tidak hanya membawa misi meneruskan cita-cita. Tetapi juga demi mengangkat derajat dan martabat keluarganya.
Di balik semua perjuangan dan doanya, ada tangan-tangan dermawan yang membuat Akmil kembali percaya dengan mimpinya. Kekuatan zakat umat-lah yang membuka belenggu kemiskinan Akmil dan penerima manfaat bidang pendidikan Dompet Dhuafa lainnya. (Dompet Dhuafa/Dea)