SEMARANG — Seorang anak dari keluarga kurang mampu. Dengan segala ketabahan dan kegigihannya. Berhasil lulus dalam masa pendidikannya, yang itupun ia harus sambil bekerja dengan berjualan penyu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sembari mengerjakan berbagai tugas sekolahnya. Namun usahanya terbayar dan membuat orang tuanya sangat bahagia.
Klise bukan? Seperti membaca penggalan kisah atau adegan-adegan dari sinetron layar kaca. Lengkap dengan para aktor/aktris yang bersolek hingga tampil menarik di mata. Tidak lupa dengan efek dramatisir yang kelewat nyata. Namun perbedaan antara kisah singkat di atas dengan yang ada di layar kaca, terletak di sumbernya. Jika sinetron layar kaca tidak selamanya bisa dilacak sumber inspirasinya hingga membuat pesan moralnya kurang begitu kuat. Sedangkan kisah di atas berasal dari pengalaman Nur Prayogo (18).
Nur Prayogo merupakan anak yatim yang sudah dua tahun menjadi penerima manfaat dari Beasiswa Inspiratif Dompet Dhuafa Jawa Tengah. Kini ia telah lulus dari jurusan Teknik Komputer dan Jaringan di SMK Ash-Shodiqiyah. Sekolah yang juga telah membuat dirinya terus semangat belajar. Buktinya setiap semester ia selalu berada di peringkat 10 besar dari angkatannya. Bahkan saat kelas 3 semester satu kemarin, Nur Prayogo meraih peringkat pertama dari angkatannya.
“Alhamdulillah, akhirnya anak saya dapat menyelesaikan sekolahnya dengan membawa piagam juara tiga dari seluruh angkatan di SMK Ash-Shodiqiyah. Terima kasih donatur Dompet Dhuafa atas bantuannya, mungkin tanpa bantuan dari Dompet Dhuafa anak saya sudah lama putus sekolah,” ujar Hariyanti (45), Ibunda dari Nur Prayogo saat staf Dompet Dhuafa Jawa Tengah menyambangi rumah kontrakan beliau di akhir Juni lalu.
Bisa dibilang semangat yang ditampilkan oleh Prayogo merupakan didikan dan bawaan dari orang tuanya, salah satunya sang ibu. Hariyanti seorang janda yang sempat bekerja serabutan hingga pernah menjadi buruh kelapa sawit di Kalimantan. Sang ibu sempat kewalahan tatkala hendak membayar sewa rumah dan biaya pendidikan Prayogo. Namun semenjak Prayogo mendapatkan Beasiswa Inspiratif dan berjualan hewan penyu. Di situlah sang ibu merasa kalau kerja keras dan doanya selama ini terdengar, serta dapat menjadi contoh baik. Bahkan Prayogo sendiri tak banyak mengeluh dengan keadaan mereka yang serba kekuarangan.
“Saya ingin ibu tidak usah bekerja serabutan dan tidak pusing memikirkan tempat tinggal. Biar saya saja yang gantian untuk bekerja dan menyenangkan ibu,” ujar Nur Prayogo.
Alhamdulillah, berkat ketekunan dan keuletannya dalam berusaha, Nur Prayogo sudah dapat pekerjaan di salah satu perusahaan di Kota Semarang usai kelulusannya. (Dompet Dhuafa/Fajar)