Pelatihan Program Pertanian Sehat Terpadu: Tingkatkan Produktivitas Padi dan Bangun Kemandirian Petani (Bagian Dua)

WONOGIRI, JAWA TENGAH — Keprihatinan terhadap petani yang dirasa sering merugi ketika panen melatar belakangi hadirnya Pelatihan Program Pertanian Sehat Terpadu terinisiasi. Sudarmoko selaku inisiator LKP (Lembaga Kursus dan Pelatihan) Lembah Kemuning mengatakan bahwa program akan memadu-padankan pengalaman dan wawasan untuk pertanian. Mengenai pola tanam tanpa bahan kimia dan pengelolaan lahan sawah yang selama ini dilakukan agar tidak bergantung pada pupuk kimia, serta pestisida.

Sudarmoko mengatakan bahwa penggunaan bahan kimia dan pestisida, tanah menjadi rusak dan tidak sehat. Kali ini penanaman menggunakan bibit padi usia 5-7 hari, ukuran 10 cm. Cara ini tidak umum, namun mengerti dengan ekologi tanah yang baik akan menjadi padi yang luar biasa, seperti pola cocok-tanam padi cara nenek moyang terdahulu dan ini persis dengan literasi pertanian yang dianjurkan.

“Sama seperti tanaman Padi, manusia akan cerdas bergantung dengan 3 (tiga) hal, yakni Gen, Nutrisi dan Lingkungan. Bibit yang digunakan adalah Menthik Susu, yaitu bibit padi yang tabiatnya sangat baik. Postur besar, anak dan biji Padi-nya banyak,” ungkap Sudarmoko. Ia juga mengakui manfaat lain untuk pelatihan ini adalah memberi sertifikasi setara D3. Sehingga dapat menjadi tenaga penyuluh pertanian untuk pengembangan ekonomi desa.

Sutarno, salah satu tokoh tani sekaligus anggota PTM (Pemberdayaan Tani Mandiri) Tirtomoyo, sebelumnya memberanikan diri untuk mengajukan pelatihan dan ingin mendapatkan kesempatan untuk diberikan ilmu baru bagi masyarakat petani di Desa Wiroko.

“Hati kami terketuk, para petani di sekitar kita merugi dan terlanjur kecanduan bahan kimia sebagai bahan pokok, yang merusak tanah bahkan kesehatan manusia. Hingga terlaksananya pelatihan teori dan praktik tersebut, banyak masyarakat atau petani lain di luar kelompok kami yang terketuk ingin mendapatkan kesempatan dan ilmu yang sama,” aku Sutarno.

Ia semakin berharap agar masyarakat Wiroko dapat mengubah pola tanam yang lebih menyehatkan hingga menjadi lebih berdaya. Mulianya agar kelak turut memberikan donasi pada Dompet Dhuafa supaya kembali bermanfaat di tempat lain.

Kepala Desa Wiroko sekaligus Ketua Kelompok Tani Taman Asri, Purwanto, mengakui telah mulai melihat perubahan pada kelompok taninya. Dengan pola pengelolaan yang berbeda dan lebih efisien, mereka meyakini tanah lebih subur. Sebelumnya banyak serangan hama dan penghasilan tak maksimal untuk mencapai balik modal.

“Kami antusias dan meyakini program dari Dompet Dhuafa dan LKP Lembah Kemuning. Karena terdapat kesinergian dengan panca program bupati yaitu kesejahteraan dan kemakmuran petani Wonogiri. Kami juga melakukannya melalui pendekatan adat dan budaya agar menimbulkan hasrat tani dari hati petani untuk mencapai perubahan tersebut,” aku Purwanto.

Pada Minggu (7/7/2019) lalu, Dompet Dhuafa melaksanakan sebuah giat bertajuk ‘Tanam Perdana Program Pertanian Sehat Terpadu’ di Desa Wiroko, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Aktivitas tersebut merupakan rangkaian dari Pelatihan Peningkatan Produktivitas Padi yang diberikan kepada Kelompok Tani Taman Asri bersinergi dengan LKP (Lembaga Kursus dan Pelatihan) Lembah Kemuning.

“Menanam Padi dengan bahagia, mengubah pola cocok-tanam dan akhirnya menambah keuntungan. Bahkan jauh dari itu, harapan kami dampak panjangnya adalah dapat mengurangi urbanisasi pemuda-pemudi Desa ke Kota dengan mengembangkan keberhasilan pertanian di Desa sendiri,” ujar Sudarmoko. (Dompet Dhuafa/Dhika Prabowo)