JAKARTA — Inisiatif cerah, kembali hadir untuk tanah Palestina. Kali ini pemerintah Indonesia dengan lembaga filantrofi Indonesia bersama-sama menggalang dan menandatangani pembangunan Rumah Sakit Indonesia Hebron (RSIH) Palestina di Grand Hotel Cempaka, Jakarta Pusat, pada Kamis (2/5/2019). Acara tersebut turut dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ketua Panitia Pembangunan RSIH Muhyidin Junaidi, Dr. H. Anwar Abbas, M.M, M.Ag, selaku Sekjen MUI. Selain itu juga jajaran perwakilan lembaga filantropi, seperti Dompet Dhuafa, Islamic Dakwah Fund(IDF) – MUI, NU-CARE Lazisnu, Lazismu, Lembaga Zakat Al-Azhar dan BAZNAS.
“Rumah sakit tersebut diinisiasi atas kunjungan Wali Kota Hebron, Tayseer Abu Sneinah sebelumnya ke Indonesia. Nantinya rumah sakit tersebut khusus untuk korban-korban yang mengalami trauma akibat perang. Nantinya akan dinamakan Traumatic Healing Hospital. Karena belum pernah ada rumah sakit seperti itu sebelumnya,” ujar Muhyidin Junaidi, selaku Ketua Panitia Pembangunan RSIH.
Pembangunan rumah sakit merupakan bentuk apresiasi atas sumbangsih Palestina dalam mengakui kemerdekaan Indonesia. Sehingga Indonesia dengan mayoritasnya warga muslim mempunyai tanggung jawab moral untuk turut membantu warga Palestina. Pembangunan rumah sakit menargetkan, akan terlaksana dalam dua tahun dan membutuhkan biaya sekitar US$7 Juta atau setara dengan Rp. 98 Milliar.
“Di dalam pembukaan UUD, bahwasanya kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Oleh karena itu penjajahan harus dihapuskan di atas permukaan bumi. Karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan keadilan. Karena itu sikap bangsa kita sudah jelas. Bahwa tidak mengakui penjajahan Israel atas bumi Palestina. Konsekuensi logis atas penjajahan tersebut adalah adanya perlawanan. Perlawanan yang luar biasa. Tidak hanya orang dewasa, anak kecil juga. Hal tersebut terlihat bagaimana seorang anak kecil melawan tentara bersenjata dengan seadanya. Walau jika dilihat outputnya memang tidak seberapa, tapi maknanya luar biasa. Bagaimana rakyat Palestina ikut melawan Israel meskipun harus mati. Memang kenyataannya banyak yang mati dan luka-luka. Maka keinginanan untuk membangun rumah sakit adalah perbuatan yang mulia dan amal soleh,” jelas Dr. H. Anwar Abbas, M.M, M.Ag, selaku Sekjen MUI. (Dompet Dhuafa/Fajar)