Pengalaman Elisabeth Cornelis: Berbagi Itu Indah

Foto ilustrasi konter Dompet Dhuafa

 

BOGOR — “Kalau kemanusiaan tersinggung, semua orang yang berperasaan dan berpikiran waras juga ikut tersinggung. Kecuali orang gila dan orang yang berjiwa kriminal, biarpun ia sarjana,” pesan seorang kakek.

Barangkali pesan kakek tersebut masih relevan hingga saat ini. Konflik kemanusiaan masih banyak dan di mana-mana, dari mulai skala kecil yang luput dari tatapan hingga ke skala yang besar seperti peperangan. Namun bukan berarti orang yang tertarik dan ingin membantu itu sedikit. Buktinya masih banyak, salah satunya adalah Elisabeth Cornelis (39).

Ia terlahir dari orangtua yang berbeda agama. Ayahnya beragama kristen dan ibunya beragama islam. Elisabeth sendiri mengaku kalau ia beragama kristen. Namun kepeduliannya tidak tersekat-sekat oleh identitas agama semata. Buktinya, ia menyempatkan untuk menyumbangkan sebagian rezekinya ke konter Dompet Dhuafa yang ada di Cibinong City Mall (CCM), di penghujung Ramadhan lalu.

“Pertemuan awal Saya dengan Dompet Dhuafa kala itu sekitar 2018. Ketika ibu saya sedang sakit kanker darah dan dirawat di RS Fatmawati. Namun beliau meninggal pada 8 Agustus 2018 lalu. Kala itu keluarga sedang kekuarangan biaya. Saya sempat bingung bagaimana mau membawa almarhumah ibu ke Bogor. Akhirnya Saya mencari-cari informasi dan sembari membuka google. Keluar banyak pilihan lalu Saya tertarik dengan artikel dari Dompet Dhuafa. Kemudian Saya lihat komen-komennya positif. Akhirnya saya ketemu nomor Ustadz Roi yang dari Ciputat. Lalu sekitar jam 03:00 dini hari, Saya memberanikan diri untuk menelepon,” ujar Elisabeth, saat dihubungi tim jurnalis Dompet Dhuafa pada Selasa (9/7/2019).

Keberaniannya untuk menelpon bersambut baik dan tersambung, serta diangkat oleh Ustadz Roi. Walaupun awalnya ia sendiri masih kurang begitu yakin. Mengingat jam 03:00 dini hari merupakan jam yang biasanya digunakan orang untuk tidur.

“Saya bilang, ‘bapak mohon maaf, Saya dapat nomor bapak dari google. Saya mohon bantuan transportasi ambulance dari Dompet Dhuafa.’ Tanpa banyak bicara Pak Ustadz langsung menanyakan posisi Saya di Fatmawati. Beliau bilang ‘supir saya akan tiba dalam satu jam.’ Sontak saya kaget, sambil bilang ‘ini benar?’ ‘Benar, kita akan membantu orang yang membutuhkan bantuan,’ lanjut Pak Ustadz. Kemudian Saya melanjutkan kalau saya ini non muslim, tapi ibu saya yang meninggal ini muslim. Lalu tahu apa jawaban Pak Roi? ‘Kita tidak melihat orang dari agama dan satu lagi saya minta dari ibu, jangan kasih apa-apa ke pegawai kami. Karena kami memang ikhlas membantu.’ Begitu jawabnya,” lanjutnya.

Lalu setelah almarhumah ibunda dari Elizabeth dimandikan, mobil ambulance Dompet Dhuafa hadir dan langsung mengantarkannya ke rumah duka di Bogor. Bahkan tim Badan Pemulasaran Jenazah (Barzah) Dompet Dhuafa mengantarkan hingga ke pemakaman.

“Puji Tuhan. Makanya kemarin saya bertemu dengan Mbak (Fatihah) ketika di CCM, Saya bilang terima kasih banget dengan Dompet Dhuafa. Saya juga sharing di lingkungan komplek, bahwa ada satu yayasan yang benar-benar ikhlas membantu tanpa tedeng aling-aling. Jadi jika suatu saat mereka membutuhkan bantuan ambulance, tidak ada kesusahan lagi yang mereka pusingkan. Karena ambulance itu susah mas. Kalau pun ada itupun biayanya luar biasa mahal. Jadi walaupun belum bertemu dengan Ustad Roi langsung, saya tidak lupa untuk saling berbagi dengan Dompet Dhuafa. Jadi buat pembelajaran anak saya juga. Saya suka bawa anak ketika hendak ke konter Dompet Dhuafa. Saya selalu perkenalkan kalau mereka yang menolong almarhumah nenek. Jadi anak Saya kenal kalau berbagi itu indah,” akunya.

Beliau berharap lewat donasi mampu membantu masyarakat-masyarakat yang membutuhkan. Melalui program-program Dompet Dhuafa.

“Saya bilang ke Mbaknya, terserah mau disalurkan ke program apa. Tapi Mbaknya di konter menyarankan untuk Sekolah Palestina. Saya tidak keberatan. Selama itu baik, saya tidak keberatan. Kalau saya sudah percaya sama orang, yakin kalau mereka akan melakukan yang terbaik,” tambahnya.

Tidak dapat dimungkiri juga masih banyak masyarakat yang belum mengetahui Dompet Dhuafa. Jika pun tahu, sebagian masih menganggapnya hanya sebagai lembaga penghimpunan ZISWAF (zakat, infak, sedekah dan wakaf).

“Belum banyak yang kenal Dompet Dhuafa di lingkungan saya memang, dan saya senang berbagi info. Semoga Dompet Dhuafa semakin dikenal. Semakin banyak dikenal orang, semakin banyak juga orang berbagi ke Dompet Dhuafa. Lembaga tersebut juga dapat menyalurkan bantuan-bantuan lainnya ke tangan-tangan yang membutuhkan. Pokoknya Puji Tuhan saya dipertemukan Dompet Dhuafa. Walaupun saya baru dibantu sekali. Namun itu luar biasa dan (saya bersedia) jika memang ada kesempatan untuk bergabung (menjadi relawan) sesuai dengan kapasitas, sekaligus memperkenalkan anak saya juga. Semoga ia dengan melihat situasinya di luar, ia lebih berempati dan senang berbagi lagi. Saya mengajarkan kepada anak kalau berbagi itu tidak hanya melalui uang (materi) saja. Pertolongan apapun seperti senyuman dan lain sebagainya juga termasuk berbagi,” ungkapnya.

Fatihah yang kala itu bertemu langsung juga menuturkan kalau ia termotivasi dengan semangat Elisabeth. Hitung-hitung menambah keseruan selama menjadi Fundraiser Dompet Dhuafa.

“Ini pengalaman yang bikin terharu dan bikin semangat juga (untuk membantu),” jelas Fatihah, selaku tim Fundraiser Ramadhan area CCM melalui pesan singkat pada Selasa (9/7/2019).

Semoga dengan ini. Banyak lagi Elisabeth Cornelis lainnya. Banyak lagi pihak yang terlibat membantu dalam memanusiakan manusia. Karena lagi-lagi dibutuhkan tenaga, waktu dan pihak yang banyak untuk mengentaskan masalah. Baik itu masalah kemiskinan, kelaparan, buta huruf dan lain-lainnya. Semoga kebaikan Elisabeth dapat menyebar dan berbuah hasil. (Dompet Dhuafa/Fajar)