TASIKMALAYA, JAWA BARAT — Pesantren Mualaf Indonesia Dompet Dhuafa melalui Program Dakwah Nasional, Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa), menggelar kegiatan bertajuk “Rihlah Mualaf dan Gerakan Cinta Sejarah Islam (GCSI)” dalam rangka memperkokoh keimanan para mualaf binaan zonasi Tangerang, Bogor, Depok, Jakarta dan Bekasi. Kegiatan ini diselenggarakan selama dua hari, mulai Jumat hingga Sabtu (29—30/9/2023).
Melalui kegiatan ini, sebanyak 35 mualaf binaan Dompet Dhuafa dapat mengenal secara langsung bagaimana sejarah Islam dengan mengunjungi situs bersejarah Islam, yakni Pondok Pesantren Suryalaya di Kec. Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya. Selain itu, kegiatan ini juga berkolaborasi dengan Tim Customer Care Dompet Dhuafa dan mengajak 7 donatur untuk berpartisipasi.
Menurut Awang Ridwan Suhaedi, Officer Dakwah Nasional Departemen Layanan Dakwah Dompet Dhuafa, acara Rihlah dan GCSI ini bertujuan untuk menambah wawasan serta keilmuan para mualaf dan donatur tentang sejarah Islam yang berkembang di Indonesia. Juga, memberikan pembelajaran kepada para mualaf yang belum mengenal budaya-budaya, perjuangan, dan perkembangan Islam di Nusantara.
Baca juga: Peran THK Dompet Dhuafa dan Pesan dari Mualaf Perbatasan Negeri di Pulau Timor
“Hari ini alhamdulillah kami bersilaturahmi di Pondok Pesantren Suryalaya ini. Berharap, satu, ingin mengisi para mualaf dengan sentuhan kalbu hikmah dan tentunya mutiara-mutiara dari zikir yang akan menjadi bekal untuk di akhirat. Juga, memberikan pengetahuan yang mendasar kepada para mualaf dan para donatur dan juga mitra strategis yang ikut dalam rihlah ini untuk bisa sama-sama memahami bahwa pentingnya agenda Rihlah Mualaf dan GCSI ini,” ucap Awang.
Di kunjungannya yang pertama ini, Dompet Dhuafa mengajak para santri binaan mualaf dan donatur yang dibimbing langsung oleh para dai Cordofa untuk melihat jejak sejarah sejarah Islam. Mulai dari awal sejarah masuknya Islam ke Indonesia, hingga sejarah Pondok Pesantren Suryalaya. Para peserta juga diajarkan cara menggunakan serta mempraktikkan Talqin Dzikir, dan kemudian berziarah langsung ke makam pendiri Pondok Pesantren Suryalaya.
“Hari ini ada beberapa agenda, yaitu arahan Talqin Dzikir. Jadi kita diijazahkan Talqin Dzikir supaya zikir kita mengena di kalbu, bukan hanya di lisan saja. Sehingga itu yang akan memberikan semangat baru secara spiritual, agar kita bisa mencintai Allah dengan sepenuh hati dan kemahakuasaan Allah dengan segenap jiwa. Kita diagendakan langsung untuk berziarah ke makam pendiri Pondok Pesantren Suryalaya,” tambah Awang.
Baca juga: Dai Ambassador Dompet Dhuafa Ditunjuk Jadi Wali Nikah WNI dengan Seorang Mualaf di Paris
Ero Koswara selaku perwakilan Pondok Pesantren Suryalaya pun mengapresiasi kunjungan Dompet Dhuafa yang ingin mempelajari sejarah dan budaya Islam di Indonesia.
“Inilah Pondok Pesantren Suryalaya yang berada di kaki Gunung Cakrabuana. Artinya kampung yang jauh di sana, sekarang di tengok oleh teman-teman dari Jakarta. Bangga perasaan kami, kami ucapkan selamat datang. Alhamdulilah sudah hadir di tempat ini, terima kasih,” ujar Ero.
“Pada awalnya, Pendiri Pondok Pesantren Suryalaya, Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad atau yang dikenal dengan panggilan Abah Sepuh merintis Pondok Pesantren Suryalaya. Berkat izin Allah Swt dan dukungan guru beliau, yaitu Syaikh Tholhah bin Talabudin Kalisapu Cirebon. Pada tanggal 7 Rajab 1323 H atau 5 September 1905 Ponpes Suryalaya didirikan, meskipun awalnya hanya memiliki sebuah masjid kecil di Kampung Godebag, Desa Tanjungkerta. Nama Pondok Pesantren Suryalaya sendiri diambil dari bahasa Sunda, di mana “Surya” berarti matahari dan “Laya” berarti tempat terbit, sehingga secara harfiah “Suryalaya” berarti tempat matahari terbit,” tambahnya.
Baca juga: Pesantren Mualaf Indonesia Dompet Dhuafa Hadir di Karo
Ponpes Suryalaya mengamalkan ajaran Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah yang merupakan tarekat yang tersambung kepada Rasulullah Saw dan menjadi amaliyah wajib bagi para pengikut tarekat tersebut, terutama saat Ponpes Suryalaya diasuh oleh Syekh Shohibul Wafa Tajul ‘arifin atau yang lebih dikenal dengan Abah Anom.
Selain itu, Dompet Dhuafa juga memberikan donasi sebesar Rp30.000.000 untuk pengembangan pembangunan Museum Ponpes Suryalaya. Menuju malam, kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan materi “Mengenal Diri, Menggapai Ilahi” oleh Dr. H. Suhrowardi.
“Harapan kami untuk melestarikan cinta kepada sejarah, bagaimana mereka agar tetap kuat dan solid dalam mempertahankan akidah dalam hal ini keyakinan. Dan juga berharap penuh agar mereka tidak merasa sendirian, dengan Rihlah ini mereka merasa enjoy dan di mana pun tempat yang namanya masjid akan menjadi rumah yang utama bagi seluruh muslim dan muslimah dan mualaf,” pungkas Awang. (Dompet Dhuafa/Anndini)