Pertemuan Ketiga Komite Kemanusiaan Se-Asia Tenggara (SEAHUM) Resmi Dibuka

YOGYAKARTA — Direktur HAM dan Kemanusiaan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Dr. Achsanul Habib, dan Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti, resmi membuka musyawarah umum tahunan ke-3 (3rd Annual General Meeting) Southeast Asia Humanitarian Committee (SEAHUM) di Hotel Grand Inna Malioboro, Yogyakarta, Kamis (21/2/2019) malam.

Pembukaan tersebut ditandai dengan pemukulan gong oleh Direktur HAM dan Kemanusiaan Kemenlu RI dan simbolis penyerahan cinderamata oleh Presiden SEAHUM, drg. Imam Rulyawan, MARS., dari Dompet Dhuafa dan Wakil Presiden SEAHUM, Prof. Dr. Hafidzi Mohd Noor dari MyCARE Malaysia, kepada Direktur HAM dan Kemanusiaan, serta Walikota Yogyakarta.

Pertemuan yang berlangsung selama tiga hari dari 21 hingga 23 Februari 2019 tersebut diikuti lebih dari 50 delegasi. Sebanyak 30 delegasi diantaranya adalah pegiat kemanusiaan dari negara-negara Asean. Sebagai bentuk penghormatan kepada tuan rumah dan masyarakat Yogyakarta, para delegasi pria mengenakan blangkon, penutup kepala pelengkap pakaian tradisional Jawa.

“Selain Indonesia, ada peserta dari negara-negara Asean yaitu Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, Kamboja dan ditambah negara Bangladesh sebagai partisipan undangan,” tutur Amin Sudarsono, Direktur Eksekutif SEAHUM.

Untuk pertemuan hari pertama pada Kamis (21/2/2019), peserta akan berbagi pengalaman dan melakukan perencanaan yaitu urgensi bersatu dalam sinergi global dan masalah kemanusiaan yang menjadi perhatian dunia. Pada sesi tersebut dipimpin langsung oleh Vice President SEAHUM, Prof. Dr. Hafidzi Mohd Noor.

Kemudian, hari kedua pada Jumat (22/2/2019), akan ada sesi talkshow bertajuk ”Humanitarian Outlook: Challenges & Opportunities Humanitarian Activities in Southeast Asia”. Dalam sesi tersebut hadir sebagai pemateri yaitu Titi Moektijasih dan UN OCHA (United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs) Indonesia, Agung Notowiguno dari Board of Trustee of PKPU-HI, former President of SEAHUM, dan Dr. Baharuddin Suri dari HALUAN Malaysia. Sedangkan moderatornya adalah Syamsul Ardiansyah dari Dompet Dhuafa.

Pada hari yang sama juga akan ada Humaitarian Update “Myanmar Crisis and Mindanao Transition: ASEAN Community Respons”. Dalam sesi tersebut pematerinya adalah Mr. Marzuki Darusman, Chairperson of the Independent International Fact-Finding Mission on Myanmar dan Khin Maung Myint, Myanmar Activist. Sesi tersebut dipandu oleh moderator Deni Kurniawan dari PKPU.

“Jumat sore akan dilakukan sidang komisi-komisi. Sebelum sidang, para peserta akan dibagi sesuai komisi bidangnya. Selain sidang komisi, para peserta akan mengikuti sidang pleno pemilihan Presidium SEAHUM. Kemudian, pada Hari Sabtu akan dilakukan serah terima jabatan sekaligus penutupan,” terang Amin Sudarsono, selaku panitia Annual General Meeting SEAHUM.

Lembaga Kemanusiaan dan Lembaga berbasis zakat di Indonesia yang tergabung dalam SEAHUM yaitu Rumah Zakat, Dompet Dhuafa, Aksi Cepat Tanggap (ACT), PKPU Human Initiative, Yayasan Dana Sosial Al Falah, PAHAM (Pusat Advokasi Hukum dan Hak Asasi Manusia) Indonesia, Lazis Dewan Da’wah, dan SNH Law Office. Sedangkan dari Malaysia yaitu MyCARe Malaysia, Pertubuan Haluan Malaysia, dan Yayasan Amal Malaysia. Pada pertemuan ini juga akan dilakukan penerimana anggota baru.

Kemudian, lembaga yang akan hadir dan menjadi anggota adalah: HARFA Foundation Banten, YBM PLN, Laznas LMI, Lazis Wahdah, LAZ Al-Azhar, Laznas BSM, STF UIN Jakarta. Sementara dari luar negeri adalah Council for Humanitarian Network of Shekhul Islam Office Thailand, Ummatee Foundation Thailand, Rohingya Foundation Myanmar, Timor Leste Muslim Community, Global Ehsan Foundation Singapore, BAPA Relief Singapore, ANTAR Bangladesh.

“SEAHUM sendiri dibentuk di Jakarta pada 12 Agustus 2012, dan pertemuan yang ke-2 di Kuala Lumpur pada 2015. Nah, untuk memperkuat kerja sama antar lembaga kemanusiaan di kawasan Asia Tenggara itulah para anggota SEAHUM sepakat mengadakan pertemuan tahunan yang disebut Annual General Meeting (AGM),” jelas Amin Sudarsono.

Untuk kali ke-3, pertemuan di gelar di Yogyakarta. Kota Pelajar dan Budaya ini dipilih sebagai lokasi pertemuan karena Yogyakarta adalah salah satu kota yang pernah mendapati peristiwa bencana, namun Yogyakarta mampu bangkit dengan cepat. “Rekonstruksi infrastuktur berlangsung cepat termasuk pemulihan ekonomi, obyek wisata, dan psikologis para korban,” jelas Amin. (Dompet Dhuafa/Dhika Prabowo/SEAHUM)