BEKASI– Remaja berseragam putih abu-abu itu tampak malu-malu memasuki ruang guru, tempat kami berada. Topi sekolah yang dikenakan di kepalanya, seolah enggan untuk dilepasnya.
Remaja itu adalah Prayoko Wiyuda. Siswa yang akrab dipanggil Yoko ini adalah siswa kelas 10 Teknik Sepeda Motor 2, SMK Teratai Putih Global 1, Kota Bekasi. Selama enam bulan terakhir ini Yoko aktif menjadi guru mengaji dan silat. Walau diakui oleh Yoko bahwa ia pun masih tetap belajar mengaji dan silat. Jadi, Yoko mengajar mengaji dan silat tingkat di bawahnya. Selain itu sesekali Yoko mengamen di jalanan.
Saat pulang sekolah, Yoko mengajar mengaji dan silat, lalu belajar bersama Mas Andi yang merupakan pemilik sanggar silatnya. Mengajar mengaji dan silat dilakukan Yoko tiap Senin dan Rabu. Senin untuk mengajar mengaji, Rabu untuk mengajar silat. Semua dilakukannya untuk belajar mandiri dan meringankan beban orang tuanya.
“Saya ingin membantu orang tua, untuk mengurangi beban, jadi ngga minta ke orang tua lag,” kata Yoko saat ditemui di sekolahnya.
Biaya sekolahnya saat ini tidak semua dari Yoko, sebagian dari orang tua. Walau begitu, ayahnya yang berprofesi sebagai tukang ojek di terminal, tidak mampu melunasi biaya sekolahnya.
Yoko yang kini akhirnya mengajar di sanggar tidak lepas dari peran Mas Andi. Orang yang sama-sama ditemuinya ketika menjadi pengamen. Mas Andi-lah yang membuat sanggar, tempat Yoko bekerja. Walau sekolah sambil bekerja, namun Yoko tidak pernah putus sekolah. Prestasinya di sekolah pun dapat diperhitungkan.
Walau begitu, bukan berarti Yoko tanpa prestasi. Saat masih tingkat Sekolah Menengah Pertama, Yoko pernah menjuarai kejuaraan silat se-Jabodetabek. Saat itu ia juara dua dan mewakili ranting Garuda Nusantara.
Yoko berpesan kepada teman-teman untuk terus belajar. “Belajar terus, biar punya keahlian supaya dicari-cari orang. Jadi bukan kita mencari orang,” tutup Yoko. (Dompet Dhuafa/Erni)